GESER UNTUK LANJUT MEMBACA
Berita Hari Ini NTT Daerah Eksbis Nusantara Politik
Beranda / Politik / Menakar Masa Depan Garam Nasional dari Ujung Timur Rote

Menakar Masa Depan Garam Nasional dari Ujung Timur Rote

Bupati Rote Ndao Paulus Henuk dan Wakil Bupati Apremoi Dudelusy Dethan etika melakukan sosialisasi bersama masyarakat di Desa Matasio, Kecamatan Rote Timur, Kabupaten Rote Ndao, Kamis (20/6/2025). Foto: SPH

Sosialisasi Proyek K-SIGN 2025 Disambut Warga dengan Harap dan Tanya

BA’A,SELATANINDONESIA.COM – Ratusan warga Desa Matasio, Rote Timur, Kabupaten Rote Ndao pada Kamis (20/6/2025) memadati Gedung gereja setempat. Warga menyimak penjelasan dari dua pucuk pimpinan Kabupaten Rote Ndao. Tak sekadar seremoni, ini adalah forum sosialisasi proyek raksasa, Kawasan Sentra Industri Garam Nasional (K-SIGN) 2025.

Sehari berselang, giliran warga Desa Serubeba yang menyambut rombongan Pemerintah Kabupaten Rote Ndao. Bupati Paulus Henuk dan Wakil Bupati Apremoi Dudelusy Dethan turun langsung. Di hadapan warga pemilik lahan, mereka menyampaikan pesan penting, Rote sedang dipersiapkan menjadi jantung industri garam nasional.

“Ini momentum besar. Kita tidak hanya bicara soal Rote Ndao, tapi masa depan ketahanan garam Indonesia,” ujar Bupati Paulus, disambut tepuk tangan warga. Ia menyitir target pemerintah pusat yang ingin menghentikan impor garam pada 2027. KSIGN adalah bagian dari skenario besar itu. Rote, bersama sejumlah wilayah lain di NTT, disiapkan sebagai episentrum produksi.

Dalam penjelasannya, Bupati dan Wakil Bupati mengajak warga yang memiliki lahan bersertifikat untuk segera mendaftarkan diri. Lahan tersebut, menurut perencanaan awal, akan masuk dalam peta pengembangan kawasan industri garam modern. “Sertifikat tanah bukan hanya bukti kepemilikan, tapi juga pintu masuk untuk mendapatkan manfaat ekonomi langsung,” kata Wakil Bupati Apremoi

Dari Peluh Umat, Berdirilah Rumah Bunda Selalu Menolong di Kambajawa

Proyeksi dampak ekonomi dari proyek ini memang menggiurkan. Pemerintah daerah menyebutkan kemungkinan terbukanya puluhan ribu lapangan kerja baru. Belum lagi efek turunan lain meningkatnya pendapatan warga, peluang usaha kecil, hingga tumbuhnya infrastruktur penunjang.

Namun tak semua warga langsung sepakat. Di sela-sela diskusi terbuka, sejumlah peserta menyuarakan kekhawatiran soal ganti rugi, dampak lingkungan, dan model kemitraan yang akan dibangun. “Kami senang dengan niat baik pemerintah. Tapi kami juga ingin kepastian bahwa tanah kami dihargai, dan kami tidak sekadar jadi penonton,” kata Petrus L., tokoh masyarakat Serubeba.

Pemerintah Kabupaten menjawab dengan janji transparansi dan keterlibatan aktif masyarakat dalam setiap tahapan. Proses identifikasi lahan dilakukan bersama para kepala desa dan camat, dengan pendampingan dari Dinas Pertanian, Dinas Lingkungan Hidup, dan BPN. “Tidak ada pemaksaan. Semua berjalan dengan kesepakatan,” tegas Bupati Paulus.

KSIGN 2025 bukan proyek baru di atas kertas. Sejak 2022, Kementerian Perindustrian telah memetakan sejumlah wilayah potensial untuk pengembangan garam industri. Rote Ndao, dengan garis pantainya yang luas dan iklim kering yang stabil, masuk dalam prioritas. Jika semua berjalan lancar, kawasan produksi akan mulai dibangun tahun depan.

Sementara itu, warga Matasio dan Serubeba kini punya pekerjaan rumah: menimbang masa depan, membaca peluang, dan memastikan bahwa saat garam menjadi emas putih Indonesia, mereka bukan sekadar penonton di halaman sendiri.*/SPH/Laurens Leba Tukan

Ketika Bank NTT dan Lembata Menjahit Mimpi di Jalur Wisata

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement