Di tengah gencaranya mesin politik Golkar, SOKSI menambah bara organisasi lewat Musyawarah Nasional yang menetapkan Misbakhun sebagai Ketua Umum baru. Sebuah konsolidasi baru dimulai.
JAKARTA,SELATANINDONESIA.COM – Sekitar pukul sebelas lewat tengah malam, Selasa (20/5/2025), ruang utama Hotel Bidakara, Jakarta, mendadak hening saat nama Mukhamad Misbakhun disebut sebagai Ketua Umum baru Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI). Tak ada suara interupsi. Tak ada kotak suara. Aklamasi. Pataka kebesaran pun diserahkan kepada pria kelahiran Pasuruan itu, mengukuhkan posisinya sebagai nakhoda baru organisasi yang dulu menjadi penyangga utama bahkan menjadi salah satu pendiri Partai Golkar.
“Saya terima dengan Bismillah,” ujar Misbakhun, mengenakan setelan jaz merah tua dengan logo SOKSI yang dijahit rapi di dadanya.
Di kalangan internal Golkar, nama Mukhamad Misbakhun bukan sosok sembarangan. Ia dikenal sebagai operator politik yang piawai dan kini menjadi Ketua Komisi XI DPR RI. Sorot matanya tajam, tutur katanya runut, dan tangannya selalu bermain di papan catur anggaran.
Tapi bagi para kader tua SOKSI, keputusan menjadikan Misbakhun sebagai Ketua Umum bukan sekadar soal kepiawaian politik. Ada misi peremajaan.
“SOKSI harus kembali ke jalan ideologisnya, sebagai mesin penggerak kaum pekerja dan intelektual organik Golkar,” ujar Ahmadi Noor Supit, Ketua Umum lama yang kini didapuk menjadi Ketua Dewan Pembina. Supit tampak tenang sore hingga malam itu, duduk di barisan depan sambil sesekali melempar senyum khas yang teduh.
Munas XII SOKSI memang berlangsung tanpa gejolak. Sejak usai dibuka oleh Ketua Umum DPP Golkar, Bahlil Lahadalia, satu per satu perwakilan Dewan Pimpinan Daerah (Depidar) menyampaikan pandangan umum. Tak satu pun menyampaikan kritik tajam kepada pengurus lama. Malah, sebagian besar langsung menyodorkan dukungan terbuka kepada Misbakhun. “Kami ingin kader muda dengan napas nasionalis dan jaringan kuat,” ujar Boi Sangaji, Ketua Depidar Maluku, yang mewakili wilayah Indonesia Timur.
Dukungan itu bukan datang tiba-tiba. Seorang anggota formatur mengungkapkan bahwa sejak awal tahun, komunikasi intensif sudah berlangsung antara sejumlah Depidar dan tim Misbakhun. “Kami tahu siapa yang bekerja dan siapa yang ingin membesarkan SOKSI ke depan,” kata dia.
Setelah ditetapkan sebagai ketua umum, Misbakhun langsung ditugaskan memimpin tim formatur. Di dalamnya, muncul sejumlah nama tua yang masih dipertahankan sebagai penjaga keseimbangan politik. Oetojo Oesman sebagai Ketua Dewan Kehormatan. Thomas Suyatno dipercaya menjadi Ketua Dewan Pertimbangan. Dan Bomer Pasaribu ditunjuk sebagai Ketua Dewan Pakar. “Kami tidak melupakan sejarah, tapi organisasi ini harus menatap ke depan,” ujar Misbakhun.
Kepercayaan yang diberikan kepada Misbakhun bisa menjadi sinyal kuat kembalinya SOKSI sebagai kekuatan nyata di balik kemenangan Golkar menjelang Pilkada dan Pemilu 2029. “Pak Misbakhun bukan sekadar simbol regenerasi, tapi cerminan pergeseran basis kekuatan,” kata ketua Depidar SOKSI NTT, Dr. Umbu Rudi Kabanang.
Kini, tugas besar menanti. Misbakhun hanya diberi waktu satu bulan untuk merampungkan seluruh kepengurusan Depinas SOKSI 2025–2030. Tapi lebih dari itu, ia dihadapkan pada tantangan besar, membawa kembali SOKSI ke panggung nasional sebagai organisasi yang relevan di tengah derasnya gelombang populisme dan politik digital.
Misbakhun mengangkat pataka tinggi-tinggi. Sorak sorai menggema. Kamera para kader berkilatan. SOKSI kini punya pemimpin baru dan siap berkibar di seluruh pelosok NKRI.*/laurens leba tukan



Komentar