KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Ikatakan Mahasiswa Witihama (IMW) Kupang mengajak para kawula muda dan kaum milenial serta para pengguna media sosial untuk tetap menjaga perdamaian. Ajakan itu disampaikan tertulis oleh Ketua IMW Kupang Kornelis Kia Sabon kepada SelatanIndonesia.com, Jumat (6/3/2020) sebagai wujud kepedulian terhadap peristiwa perang tanding antar warga di Desa Sandosi Kecamatan Witihama, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur pada Kamis 05 Maret 2020.
“Kami menghimbau agar siapa saja termasuk kawula muda dan kita semua agar tetap menjaga perdamaian dan tidak terprovokasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung-jawab,” tulis Kia Sabon.
Ia juga menghimbau kepada semua pengguna media sosial agar tidak menyebarkan isu dan memposting foto atau video yang bisa memicu terjadinya situasi yang tidak diinginkan.
“Kami merasa prihatian dan turut berbelasungkawa terhadap korban yang meninggal dalam peristiwa tersebut,” sebutnya. IMW Kupang juga mendesak pemerintah dan apapart keamanan untuk berperan aktif dalam mengatasi permasalahan ini.
Diberitakan sebelunya, Wakil Bupati Flores Timur Agus Payong Boli mengatakan, ada dua suku di desa Sandosi, Kecamatan Witihama melakukan perang tanding memperebutkan lokasi tanah di Wulewata, Bani.
“Saya baru komunikasi lewat telepon dengan BPD dan aparat desa Sandosi dan diketahui korban meninggal dunia 6 orang dan luka-luka belum di ketahui karena lokasinya cukup jauh dari desa Sandosi,” sebut Wabub Agus Boli. Dia juga meminta pemerintah desa Sandosi agar menghimbau suku-suku lain agar jangan terprovokasi. “Masing-masing suku yang bertikai menahan diri supaya jangan lagi bertambah korban. Biarkan pemerintah dan aparat keamanan menyelesaikan masalah yang ada. Kepada warga masyarakat agar tidak boleh membuat di medsos hal-hal yang provokatif peruncing keadaan disana. Jika ada yang menulis bernada provokatif alias ujaran kebencian maka saya minta Kapolres segerah menangkap pihak-pihak yang dengan sengaja provokasi para pihak,” ujarnya.
Korban meninggal diantaranya, Bapak MKK (80 tahun, pekerjaan petani), Bapak YMS, (70 tahun, pekerjaan petani), Bapak YOT (56 tahun, pekerjaan petani), Bapak SR (68 tahun, pekerjaan petani), Bapak YH (70 tahun, pekerjaan petani) dan Bapak WK (80 tahun, pekerjaan petani).
“Kepada seluruh warga Lamaholot Flores Timur mari kita mendoakan agar masalah ini segerah di selesaikan dan korban tidak lagi bertambah. Pemerintah juga menyampaikan turut berdukacita atas tragedi kematian saudara-saudara kita di Sandosi dalam konfik tanah ini. Semoga Tuhan menghapus dosa mereka dan menerima arwah mereka di sisi-Nya dan keluarga dikuatkan dalam kedamaian sejati,” kata Agus Boli. ***Laurens Leba Tukan