KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Kerja pencegahan stunting ini membutuhkan kerja secara kolaboratif dari pemerintah pusat, kementerian/lembaga, pemerintah daerah maupun kabupaten. Juga pihak swasta dan masyarakat untuk bekerja secara bersama dalam mengatasi stunting ini.
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena mengatakan itu dalam kegiatan Promosi dan KIE Program Percepatan Penurunan Stunting dari Komisi IX DPR RI bersama mitra kerja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) di Aula Yayasan Alfa Omega Tarus, Desa Mata Air, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Sabtu (5/8/2023).
Emanuel Melkiades Laka Lena yang saat itu menyampaikan materi secara virtual dari Negara Vietnam mengatakan, Presiden Jokowi melalui regulasi telah menugaskan BKKBN untuk melakukan kerja penanganan stunting secara terintegrasi mulai dari tingkat desa atau kelurahan.
“Kerja penurunan stunting ini harus melibatkan semua kekuatan. Kita perlu memberikan apresiasi kepada tenaga kesehatan, Pemerintah Kabupaten Kupang dan semua pihak terkait yang telah kerja keras sehinga angka stunting di NTT terkhususnya di Kabupaten Kupang semakin turun. Ini merupakan kerja secara kolaboratif,” ungkap Melki Laka Lena.
Dikatakan, untuk pencegahan stunting maka perlu memperhatikan bayi mulai dari 1000 hari pertama kehidupan dan ditambah dengan dua tahun pertama kehidupan.
“Masa ini harus kita perhatikan agar gizi anak ini berkecukupan, dan ini ditentukan oleh ibunya sebagai pelaku utama yang perlu diperhatikan. Didukung oleh para lelaki dewasa disekitar ibu hamil ini. Kita harus membagi peran ini karena pola perilaku kita di rumah sering tidak diperhatikan gizi ibu hamil atau yang sedang menyusui. Untuk itu dalam rumah itu, pola lama yang saat makan bapak harus duluan itu haru dibalik karena ada ibu hamil. Sehingga ibu hamil yang makan duluan. Jadi ada ikan, daging, telur, susu itu harus dicicipi pertama itu ibu hamil ini, karena dialah yang membawa gizi ini kepada anak dalam kandungannya, karena dialah satu-satunya,” pesan Melki.
Ketua Golkar NTT ini juga mengimbau agar selama periode ibu menyusui, para suami menghindari area puting susu Ibu karena merupakan satu-satunya sumber makanan dan kekuatan bayi.
“Ini bukan saya omong jorok atau porno tetapi ini pengetahuan tentang kesehatan. Kita di NTT umumnya para lelaki itu merokok dan peminum. lalu kalau bagian jatah anaknya juga dirasakan oleh bapak, maka anak itu akan tidak mau lagi dengan ASI ibunya karena ada bekas rokok dan minuman. Biasanya dilapangan itu kami mendapat pengaduan dari ibu-ibu bahwa anak mereka tidak mau minum ASI lagi karena bapak juga ikut merasakan. Karena sekali saja bayi itu mencium bau rokok atau atau minuman maka, dia tidak mau lagi minum ASI. Dan ini akan membuat bapak ibu mengeluarkan biaya untuk beli susu formula. Jadi untuk ibu-ibu tolong jaga kebersiahan puting susu agar ketahanan anak bisa terjaga,” pungkas Melki Laka Lena.
Wakil Bupati Kupang, Jerry Manafe saat membuka kegiatan Promosi dan KIE Program Percepatan Penurunan Stunting ini mengajak anak – anak remaja untuk tidak terlalu cepat menikah demi mencegah terjadinya anak stunting di masa depan.
“Jadi adik-adik jangan terlalu cepat untuk menikah muda. adik-adik sekalian menikah muda ini yang menyebabkan stunting. Adik-adik harus mempersiapkan diri secara mental dan ekonomi. Mental sudah siap jadi seorang bapak, mental sudah siap menjadi seorang ibu, dan sudah ada kerja baru bisa menikah, supaya tidak terjadi stunting pada anak nanti. Jangan menikah muda lalu anak tidak punya kerja dan anak kasih tinggal dengan orang tua, bikin tambah susah orang tua,” Pesan Jerry Manafe yang juga merupakan Ketua Tim Pecepatan Penurunan Stunting Kabupaten Kupang.
Sekretaris Perwakilan BKKBN Provinsi NTT, Mikhael Yance Galmin dalam kesempatan ini menjelaskan stunting merupakan gangguan dan pertumbuhan dan perkembangngan akibat kekurangan energi kronis dan infeksi berulang yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada dibawah standar yang ditetapkan oleh Menteri kesehatan.
“Jadi sederhananya itu, stunting itu berati ototnya pendek dan otaknya pendek. Tidak terlalu panjang, tidak terlalu tinggi. Kapasitas otaknya didalam kepala seseorang juga terbatas. Stunting itu dapat diketahui kalau setiap bulan rajin ke posyandu. Jadi bulan februari dan bulan agustus ada operasi timbang harus datang bagi kita semua yang punya anak balita dalam rumah,” ajak Yance.
Mikhael Yance Galmin juga menjelaskan dampak dari anak yang terkena stunting yakni pertumbuhan otak tidak maksimal mengakibatkan kemampuan berpikir dan prestasi belajar rendah, kekurangan gizi kronis yang dialami menyebabkan perkembangan organ-organ penting terganggu. Anak yang mengalami stunting berisiko mengalami berbagai penyakit tidak menular (PTM) seperti gangguan pencernaan, diabetes, penyakit jantung, kanker, dan stroke serta akibat pertumbuhan berat badan dan komposisi badan yang tidak optimum, anak yang mengalami stunting memiliki daya tahan tubuh atau imunitas yang kurang.
“Ini akibat yang dirasakan nanti, sepuluh atau sebelas tahun kemudian. Jadi marilah kita cegah supaya anak – anak yang kita lahirkan, sebagai orang tua jangan sampai anak – anak kita kemudian mengalami hal seperti ini,” pesan Yance.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemerdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Kupang (DP2KBP3A) Yesai Lanus, mengatakan Presiden RI mencenangkan target optimis penurunanan angka stunting menjadi 14% pada tahun 2024, Pemerintah Provinsi NTT 10% – 12% pada tahun 2023, zero 2014 dan pemerintah Kab. Kupang 9,3% pada tahun 2024.
“Untuk kabupaten kupang, sekarang angka absolut kita 4899 anak stunting. Kita kemarin penimbangan dari 31.731, kita tinggal 4899 anak yang harus menjadi target kita untuk kita turunkan. Karena di tahun 2023 kita harus berada di 12-13 persen. Karena 2024 kita harus berada dalam posisi 9,3 persen. Ini target kita,” jelas Yesai Lanus.*/)go
Editor: Laurens Leba Tukan