Membaca Gestur Menunduk Gubernur Laiskodat Ketika Sambut Presiden Jokowi di Labuan Bajo

842
Presiden RI Joko Widodo ketika disambut Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat dengan gestur sangat menunduk di tangga pesawat di Bandara Komodo, Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Senin (13/3/2023). Foto: BiroAdpimSetdaNTT

KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Gestur menunduk Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat ketika menyambut Presiden Ri Joko Widodo di Bandara Komodo Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Senin (13/3/2023) patut disimak lebih mendalam.

Sikap tubuh Gubernur Laiskodat yang menunduk di tangga pesawat Kepresidenan itu secara semiotik adalah sebuah teks sosial yang sangat terbuka untuk diinterpretasikan. “Itu bisa sangat banyak maknanya. Tetapi, jika kita menggunakan paradigma dekonstruksi untuk membaca dan memaknai sikap tubuh Gubernur Laiskodat yang sangat menunduk kepada Presiden Jokowi tersebut, maka jejak makna yang hadir atau bisa dihadirkan dari penanda tersebut, yaitu foto menunduk Gubernur Laiskodat tersebut adalah penghormatan yang sangat mendalam dari seorang bawahan kepada atasannya,” sebut Pengamat Politik dari Fisip Unika Widaya Mandira Kupang, Mikhael Rajamuda Bataona yang dihubungi SelatanIndonesia.com, Senin (13/3/2023).

Rajamuda Bataona mencermati, Gubernur Laiskodat memang sangat dekat secara batin dengan Presiden Jokowi karena ia tahu dengan persis bahwa hanya seorang Jokowi, Presiden RI yang suda belasan bahkan hampir puluhan kali datang ke NTT. Gubernur Laiskodat merasa sangat berutang budi kepada Presiden Jokowi. Pasalnya, sebagai Gubernur NTT, Laiskodat menjadi saksi hidup, saksi sejarah, tentang bagaimana perhatian dan rasa cinta Jokowi kepada rakyat NTT. “Artinya, foto sikap tubuh sangt menunduk Gubernur Laiskodat itu merepresentasikan sebuah peristiwa sosial politik dan kekuasaan yang lebih luas,” ujarnya.

Tapi juga merepresentasikan sikap batin dan psikologis dua anak manusia yang saling kenal. Bahwa meskipun Jokowi adalah orang Jawa, dia sudah seperti orang NTT. Dan itulah yang Gubernur Laiskodat rasakan. Sehingga mengapa dia sangat hormat kepada Presiden Jokowi.

“Tapi dalam dekonstruksi, kita tidak bisa membaca teks berbasiskan teks itu semata. Harus dibaca dalam konstruksi sosial yang lebih luas, lebih holistik dan historis. Nah, dalam hal ini makna lainnya bisa hadir jika dicek latar historisnya tadi. Bahwa Jokowi adalah seorang Presiden yang sangt memperhatikan dan mencintai rakyat  NTT. Jadi, tubuh Gubernur Laiskodat yang sangt menunduk itu adalah ekpresi penghormatan sangat mendalam dari seorang bawahan yaitu Gubernur, kepada seorang atasannya. Dari Seorang Gubernur yang sangat menghormati Kepala Negara sekaligus Kepala Pemerintahan yang sangat mencintai dan memperhatikan rakyatnya yaitu rakyat NTT,” jelasnya.

Meski demikian, menurut dia, petanda rasa hormat itu bukan satu-satunya jejak makna yang bisa dihadirkan. Dengan paradigma dekonstruksi, teks berupa foto menunduk Gubernur Laiskodat itu bisa menjelaskan dan menandakan makna-makna lain yang tersembunyi.

Sikap menunduk itu bisa bermakna lain sama sekali dari makna umum yang menjadi rujukan publik secara kasat mata. Rasa hormat hanya salah satu makna yang jejaknya bisa dihadirkan. “Tapi yang lebih dalam dari itu juga ada. Dan Menurut saya, sikap tunduk Gubernur Laiskodat itu jika dibaca dalam konteks dan konstruksi politik Naisonal saat ini dan sengitnya pertarungan kekuasaan menuju Pilpres 2024 saat ini, maka maknya akan berbeda lagi,” ujar Rajamuda Bataona.

“Ketika Nasdem saat ini sedang memgambil posisi berbeda soal Pilpres 2024 dengan Jokowi. Di mana mereka mengajukan Anies Baswedan yang dijuluki sebgai Anti Tesis Jokowi sebagai calon Presiden maka jelas bahwa Gubernur Laiskodat sedang berada di atas bara api saat bertemu Jokowi. Ia paham bagaimana batin Jokowi ketika bertemu tokoh penting Nasdem seperti dirinya. Dalam konteks ini,  bisa dibaca bahwa ekspresi rasa hormat dan menunduk dari Laiskodat itu bukan rasa hormat yang biasa,” tambahnya.

Menurut Rajamuda Bataona, sikap itu sebuah penghormatan dengan pesan yang sangt jelas untuk memohon pengertian baik, sekaligus permohonan maaf. “Laiskodat sebagai panglima partai NasDem, dan menjadi aktor politik paling penting di antara elit-elit NasDem, ingin menyampaikan pemohonan maaf yang tulus kepada Presiden Jokowi. Dia ingin agar Jokowi tahu bahwa ia tetap menjadi sosok yang akan selalu membela Jokowi. Bahwa meski berbeda, NasDem dan dirinya akan tetap menghormati Jokowi. Karena Jokowi adalah orang baik dan seorang pemimpin yang sangt dicintai rakyatnya termasuk rakyat NTT,” jelasnya.

Ia mengatakan, pesan Gubernur Laiskodat kepada Presiden Jokowi adalah bahwa meski pilihan politik NadsDem berbeda, itu semata-mata hanya karena urusan elektoral dan demi eksistensi partai serta masa depan partai. “Bukan karena Nasdem dan dirinya sebagai panglima partai NasDem, ingin memutuskan ikatan batin dengan Jokowi. Jadi, saya membaca bahwa sebagai politisi yang sangt paham dengan karakter politik seorang Jokowi yang adalah orang Jawa, Gubernur Laiskodat ingin menunjukan kepada Jokowi bahwa hatinya dan partai NasDem sesungguhnya tetap hormat kepada Jokowi. Perbedaan pilihan politik ini mohon dimaafkan. Sehingga makna memohon itu bisa saja memohon pengertian, memohon maaf, tapi bisa juga memohon dukungan dan perlindungan dari Jokowi. Karena partai NasDem sedang menghadapi dinamika dan turbulensi politik yang tidak kecil akibat pilihan politik mereka untuk mendukung Anies,” jelas Rajamuda Bataona.

Sebagai tokoh politik yang besar dalam budaya NTT, yang budaya komunikasinya adalah high conteks cultur atau budaya konteks tinggi yaitu selalu menggunakan symbol-simbol untuk mengkomunikasikan maksud atau tujuan komunikasinya, maka sikap menunduk sangat mendalam dari Gubernur Laiskodat itu tidak hanya bermakna tunggal. Tapi bermakna plural atau multi makna sebagaimana yang diinterpretasikan di atas.***Laurens Leba Tukan

 

Center Align Buttons in Bootstrap