Laga Perse dan Persebata di Tanah Lewu Alep

294
Sumber foto: tangkapan Facebook

 Oleh Ansel Deri

TANAH Lembata menjadi saksi hidup laga final Persebata Lembata versus Perse Ende di Gelanggang Olahraga (GOR) 99 Pada, tak jauh dari Lewoleba, jantung kota Kabupaten Lembata. Di tanah dan langit Lewotana, Leuawuq Lepanbatan sejarah tercipta.

Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Laiskodat dan Asosiasi Provinsi PSSI NTT melabuhkan keputusan maha pentinģ. Liga III El Tari Memorial Cup (ETMC) XXXI Zona NTT: Lembata jadi lewu alap, tuan rumah helatañ ETMC XXXI yang diikuti seluruh tim di seluruh wilayah tanah Flobamora.

Mata dan hati penonton dan penikmat bola mengarah ke Pada. Pada jadi muara histeria massa penonton, tangis haru merayakan kemengan dan kekalahan sekaligus, kecewa, mentari yang membakar kulit hingga doa yang terselip dari bibir-bibir di sudut-sudut kebun warga demi tim kebanggaan masing-masing.

Persebata Lembata melenggang kangkung setelah mengubur dalam-dalam mimpi Perserond Rote Ndao dalam drama adu pinalti menegangkan dan membuat mata sebagian penonton sembab di bibir lapangan. Sedang Perse Ende, tim tangguh kabupaten bertabur mosalaki dan bekas pengasingan Presiden Pertama Ri Bung Karno, memastikan diri ke final setelah gol semata wayang merobek jala penjaga gawang Persim Manggarai di laga semifinal.

Ke Pada, Persebata Lembata menghadapi Perse Ende dalam laga final. Di GOR 99, puluhan ribu pasang mata akan diarahkan ke tengah lapangan bagaimana para pemain yang rata-rata masih belia unjuk kemampuan menjadikan timnya pemenang plus menyajikan taktik dan strategi indah berpijak pada sportivitas dan menjaga persaudaraan sesama anak Flobamora.

Sepak bola adalah olahraga paling digandrungi manusia yang tinggal di bawah kolong langit. Sepakbola seolah jadi agama baru. Dalamnya ada teknik permainan tingkat tinggi, high class dibalut aspek artistik menghipnotis. Ia (sepak bola) tak sekadar digandrungi orang-orang di kampung-kampung namun merangsek hingga kalangan berduit, pejabat, pemuka agama hingga presiden.

Indonesia mengenal KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) sebagai presiden penggila bola. Tak sekadar menyukai namun menukik lebih dalam melalui ulasannya di koran. Sosok ulama ini dikenal luas mengulas bola di Kompas, harian jumbo, keboak di Indonesia. Sosok Gus Dur juga ditemui dalam diri Sindhunata, imam Jesuit dan doktor filsafat lulusan Jerman. Bola seolah jadi darah daging Gus Dur dan Sindhunata.

Bola juga menyatu dengan putera-puteri Lembata dan Ende. Sesuatu yang membanggakan bagi generasi muda, tentunya. Lembata (sekadar menyebut beberapa nama) pasti mengenal (tentu tak semua warganya) Thomas Ola Langoday, dua bersaudara kandung: Anton Kia Botoor dan Polce Kia Botoor, Ardy Pukan, mantan pemain yang pernah mengharumkan tim masing-masing di masanya.

Sedang sepelemparan batu dari tanah lewu alep, ada nama Sinyo Aliando, pemain hingga pelatih tim nasional. Atau Cor Monteiro dan Valens Fernandez, dua nama yang akrab di telinga saat menonton El Tari Cup (sebelum jadi ETMC) di Kupang tahun 1990-an. Sedang Ende? Salah seorang pemain yang namanya masih membekas adalah Rudy Rodja, mantan Kepala Kepolisian Daerah Papua Barat.

Pun Erles Rareral, mantan pemain Ende yang pernah mengharumkan nama ‘pasukan’ Marilonga sebelum akhirnya terjun sebagai advokat dan pengacara nasional. “Laga final Persebata Lembata dan Perse Ende sulit ditebak siapa yang akan keluar sebagai pemenang. Duà tim memiliki kualitas berimbang,” ujar Erles, praktisi hukum yang lama mengakrabi Lembata.

Dari laga final Persebata Lembata vs Perse Ende ETMC 2022, sepak bola tentu baik kalau dilihat secara holistik. Sepak bola bukan sekadar kalah-menang. Sepak bola punya ragam dimensi. Ià tak sekadar histeria pada pemain favorit yang melahirkan gol atau menciptakan kegaduhan personal memagari setiap gerak lawan di àrea terlarang gawang. Sepak bola punya dimensi sosial. Sepak bola mempertahankan dan mengembangkan tatanan sosial ribu ratu Flobamora.

Dalam laga di Pada antara Persebata Lembata dan Perse Ende, misalnya, lahir aspek kemanusiaaan dalam wujud kedamaian, persaudaraan, dan soliditas di antara sesama pemain dan penonton. Dari Pada, dua tim ‘paling disayangi Dewi Fortuna’ di ajang ETMC 2022, mereka menunjukkan eksistensi, kemuliaan, dan kehormatan tim sekaligus menyajikan tontonan menarik di tanah lewu alep Lembata untuk Nusa Tenggara Timur dan Indonesia. Selamat bertanding untuk Persebata Lembata dan Perse Ende. Baleo……. Rore……..

Jakarta, 27 September 2022, Ansel Deri : Orang udik dari kampung; Pernah cari kayu bakar di Pada saat SMA di Lewoleba tahun 1987.

Center Align Buttons in Bootstrap