LARANTUKA,SELATANINDONESIA.COM – Angggota DPRD Kabupaten Flores Timur Yoseph Sani Betan bersama Penjabat Bupati Flotim Drs. Doris Alexander Rihi, M.Si pekan lalu memperjuangkan pembangunan Breun Sport Center hingga ke Menteri Pemuda dan Olahraga, Zainuddin Amali.
Ketua DPD II Golkar Kabupaten Flores Timur yang akrab disapa Nani Betan memaparkan itu ketika menggelar resesnya ke III pada masa sidang ke III di kantor Lurah Lewolere, Kecamatan Larantuka, Sabtu (07/07/2022). Hadir saat itu Lurah Lewolere Saferius X.A. Lagadoni kleden, Mantan Anggota DPRD Flotim Yohanes Suban Betan, serta ratusan masyarakat kelurahan Lewolere.
Nani Betan menjelaskan perjuangannya itu lantaran Yoseph Sinyo Werang, salah seorang warga mempertanya keberlanjutan pembangunan Breun Sport Center (BSC). Pasalnya, masyarakat akan terancam jika musim hujan tiba karena bisa terjadi banjir di lokasi pembangunan dimaksud.
Merespons itu, Nani Betan mengatakan, pembangunan BSC merupakan semangat bersama masyarakat Flotim. “Kita punya semangat yang sama untuk menghadirkan salah satu fasilitas olahraga yang memadai di wilayah Kabupaten Flores Timur. Ini tentu menjadi harapan seluruh masyarakat. Kebetulan waktu itu kepemimpinan Flotim dipimpin oleh putra daerah kita sendiri yakni pak Anton Hadjon, tentu semangat primordialismenya tinggi dan kepingin agar fasilitas ini berada di wilayah kita juga,” sebut Nani Betan.
Ia menambahkan, sejauh semangat itu diarahkan dalam koridor tentang aturan dan kajian-kajian teknis yang mengayominya maka Nani Betan mengatakan mendukung penuh. “Kebijakan anggaran yang berjalan selama kepemimpinan Pak Anton, saya juga sebagai anggota DPRD. Dan, kebetulan ide-ide awal itu muncul dipenghujung tahun 2019. Dan saya masih menjadi ketua DPRD. Perencanan awal masih dalam produk dan tanggung jawab saya,” sebut Nani Betan.
Ketua DPRD Flotim Periode 2014-2019 itu mengatakan, dalam prospek cermatan dan panadangan serta kajian ke depan memang sangat menguntungkan bahwa fasilitas umum ini tentu akan menggahirakan ertumbuhan ekonomi masyarakat ke depan.
“Tentu langkah-langkah ini harus dibawa dalam frem instrumen dan kajian teknis yang benar, sehingga iramanya tetap berjalan. Juga tidak terganjal dalam seluruh proses politik ke depan ketika terjadi pergantian masa kepemimpinan politik,” sebut Nani Betan.
Ia menambahkan, jadi kalau menetapkan satu investasi yang sifatnya jangka panjang harus kita perhitungkan dengan konstalasi politik yang kita hadapi ke depan. “Jangan sampai ide-ide yang kita munculkan ini, kemudian akan terhalang oleh konstalasi politik ke depan. Itu perlu dipertimbangkan dalam kebijakan-kebijakan politik ke depan. Oleh karena itu saya dengan Pak Anton Hadjon sejalan. Bukan saya tidak sejalan dengan keputusan itu,” jelas Nani Betan.
Disebutkan, bangunnan BSC dengan nilai Rp 11, 6 miliar lebih dengan konstruksi cut and fill, termasuk dengan perencanaan dan pengawasan. “Sekarang kita pikirkan adalah bagaimana kelanjutannya, karena menelan anggaran 120 Miliar lebih. Pak Anton Hadjon tentu berharap bahwa dia akan memimpin lagi, sehingga ke depan beliau bisa meneruskan pembangunan itu lagi. Tapi nafsu, semangat dan lain-lain itu bukan hanya Pak Anton Hadjon saja atau bukan pada saya, namun ada juga pada pemimpin-pemimpin sebelumnya dan juga pemimpin-pemimpin yang akan datang yang pingin membuat satu refolusi anggaran atau kebijakan anggran untuk membangun fasilitas umum yang tentu akan menjadi pilot project untuk dirinya dan juga menjadi icon untuk dirinya yang pernah manjabat didalam masa jabatan. Dan saya kira esensinya ada di sana,” kata Nani Betan.
Ia menambahkan, semua pihak harus realistis bahwa dalam catatan APBD Flotim dalam 15 tahun terakhir, satu program kegiatan ini menyedot anggaran terbesar yang bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU). Lain ceritanya kalau sumber anggarannya dari DAK atau dana tugas perbantuan atau konsentrasi dari dana APBN langsung.
“Ini merupakn kegiatan fisik terbesar yang sumber dananya dari DAU. Diperuntukan untuk belanja aparatur pemerintah, sisa sedikit baru untuk belanja fisik. Saya berharap Pak Anton sudah mulai itu dan akan berlanjut terus. Jadi planing harus secara baik dan sistematis. Bangga saya , bahwa kita sudah bisa memulai. Tetapi dilihat dari sumber anggaran dari DAU kita hanya bisa elus dada bahwa hanya ada satu keberanian dan kita mengabaikan yang lainnya,” sebutnya.
Nani Betan menegaskan, mengelola APBD sama dengan mengelola rumah tangga. Nafsu belanja untuk seorang ibu rumah tangga sangat tinggi tapi dia perlu pengendalian dalam membelanjakan kebutuhan yang bersifat sekunder karena akan mengabaikan kebutuhan bersifat primer karena kemampuan kita terbatas.
“Kita tidak perlu lagi ragu atau menyesal lagi soal pembangunan ini, karena kita sudah memulainya. Karena ini sudah dirintis oleh Pak Anton Hadjon maka harus dilanjutkan dan bagaiman geliat untuk mencari sumber pembangunan ke depan,” katanya.
Itu pasalnya, kemarin tiga minggu setelah Penjabat Bupati datang, ia membangun komunikasi untuk bagaimana membuka akses langsung ke Menpora. “Karena mengandalkan keuangan dari kemampuan daerah itu tidak bisa. PAD kita target 70 Miliar tapi realisasinya 30 Miliar lebih dan sudah diperuntukan untuk kebutuhan lain. Untuk melanjutkan apa yang telah dicanangkan Pak Anton Hadjon, saya berusaha. Bulan Juni lalu saya membawa Pak Penjabat Bupati, bertemu Menteri Kesehatan RI untuk perjuangkan Rumah Sakit dan beberapa Puskesmas. Karena kebetulan akses dan jaringan kita baik. Ketua Golkar NTT, Pak Melki Laka Lena merupakan Wakil Ketua Komisi IX yang mebidangi Kesehatan sehingga anggaaran Rp 43 miliar untuk Rumah Sakit Pratama di Pulau Solor serta fasilitasnya bisa terwujud,” ujar Nani Betan.
Ia menambahkan, kemarin 27 Juli 2022 ia bersama Penjabat Bupati Flores Timur, Konsultan Perencana, Kadis PKO bersama staf serta Kadis Kominfo Flotim bertemu Menteri Pemuda dan Olah Raga, Zainuddin Amali. “Saya meminta Kadis PKO bersurat ke pak Menpora dan saya sendiri yang menyerahkan. Karena kebetulan Pak Menpora Zainuddin Amali merupakan teman angkatan saya di Partai Golkar. Pak Menpora mengatakan bahwa bagus dan akan mendorong untuk persiapan ke depan untuk PON ke depan di tahun 2028 dan salah satu fenyu di daratan Flores Timur,” jelasnya.
Nani menambahkan, dalam pembangunan pusat olah raga ini, Menpora meminta dua syarat. “Pertama legalitas tanah harus selesai. Kedua, syarat untuk fasilitas perencanaan untuk seluruh cabang olah raga harus mengikuti standard internasional yang ditetapkan. Dan dana pembangunan akan dilimpahkan ke kementrian PUPR untuk melaksanakan pembangunan. Kita berencana ketika Pak Menpora turun ke Lembata dalam pembukaan ETMC nanti bisa berkunjung ke lokasi pusat olah raga kita ini,” ujar Nani Betan. */)Eman Mawar
Editor: Laurens Leba Tukan