KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Pasca perang dunia ke 2, seluruh negara dalam kondisi amburadul. Jepang adalah salah satu negada di dunia yang porak poranda. Jepang kemudian mengambil sebuah keputusan politik yang luar biasa yaitu warga negaranya tidak akan makan makanan dari luar Jepang. Mereka tidak akan pakai produk-produk dari luar, mereka tidak akan pakai teknologi dari luar, seburuk apapun teknologi mereka mereka akan pakai. Lalu mereka terus berusaha untuk terus maju dan menjadi sempurna.
Secuil kisah tentang Negeri Kincir Angin itu diungkapkan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat ketika ketika hadir dalam talkshow berthema ‘UMKM Bangkit Optimis dengan Digitalisasi’ yang digelar oleh Bank Indonesia Kantor Perwakilan NTT, Kamis (28/4/2022) di Kantor BI, Jalan El Tari Kupang.
Disebutkan Gubernur Laiskodat, tentang UMKM di NTT, meskipun barangnya tidak enak, sebaiknya beli dan makan saja. “Jadi tidak pakai cita rasa, tapi pakai cinta nasionalisme kita. Cinta nasionalisme kita mengalahkan cita rasa kita, karena kalau kita pakai cita rasa ini tidak akan jadi. Nasionalisme itu selalu dikedepankan dengan produk – produk kita. Mencintai NTT adalah barang yang kita pakai di dalam rumah kita, pakai di kantor kita. Inilah cara berpikir yang sedang saya dorong supaya kita mencintai produk NTT dulu sebelum kita jual keluar. Kita cinta produk kita sendiri itu akan mencintai bangsa Indonesia, mencintai daerah NTT,” sebut Gubernur Laiskodat.
Disebutkan, tentang perijinan sudah gampang, dan para pelaku UMKM dilatih dan dilakukan pendampingan baik dari Dinas Nakertrans, dari BI, dari OJK, dari Bank NTT, dan KADIN. “Tapi siapa yang beli? Lalu kita bilang kita akan cari market di luar, jangan. Kita pakai produk kita sendiri. Itulah kenapa saya bilang kita berbicara tentang diri kita sendiri, bicara tentang apakah saya bangga pada diri saya. Caranya apa? Bagaimana produk – produk saya, produk saya itulah yang membuat saya bangga. Produk saya itu yang membuat identitas saya. Kemanapun saya pergi, produk-produk itu menjadi identitas saya, dimanapun saya pergi. Karena kita punya mimpi seperti itu, kehendak seperti itu, produk – produk UMKM yang diproduksi itu akan dipakai semua, dan mereka akan maju,” sebut Gubernur Laiskodat.
Dikatakan Gubernur Laiskodat, sebagai pemimpin, ia selalu memborong produk UMKM sepanjang kunjungan kerja di wilayah NTT. “Saya lakukan itu, bukan karena saya cari nama, tugas saya memborong itu supaya semangat orang bekerja lebih tinggi. Kemanapun kita pergi begitu, toh juga tidak mahal. Jadi kemanapun kita pergi, sebagai pemimpin, kita harus mampu untuk menjadi bagian dari pembangunan, kita menjadi manusia yang membuat kehidupan itu makin maju. Itu ciri khas manusia pemimpin,” ujar Gubernur.
Tak sekali dia mengingatkan agar semua pihak bekerja secara kolaboratif karena ketika semua sistem berkolaborasi secra baik maka akan sangat membantu sektor UMKM. “Itu menujukkan bahwa peradaban NTT sedang naik. Ketika semua menggunakan produk UMKM, maka tandanya kita sedang menghidupi daerah lain. Sebagai gubernur, saya akan terus mendorong pertumbuhan UMKM. Dan saya pun berkepentingan dengan kualitas serta menciptakan pasar bagi mereka,” sebut Gubernur Laiskodat.
Sebuah negara meurutnya akan kuat jika sektor UMKM-nya kuat. Dia mencontohkan kemarin ketika COVID, dan banyak perusahaan berskala besar gulung tikar, namun sektor UMKM tetap survive. “Jika sebuah negara pertumbuhan ekonominya datang dari UMKM maka fondasinya akan sangat kuat. Bank-bank besar di Amerika sedang berubah menjadi bank UMKM. Karena itu saya berterimakasih kepada BI dan OJK yang terus mendorong sehingga UMKM menjadi sektor garapan yang menggairahkan,” ujar Gubernur Laiskodat.
Hadir sebagai narasumber dalam talkshow ini, sejumlah pejabat yakni Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja, Kepala OJK, Robert Sianipar, Direktur Utama Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho dan Ketua Umum KADIN NTT, Bobby Lianto.
Dipandu oleh Pemred Pos Kupang, Hasyim Ashari, Kepala BI NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja menegaskan bahwa jika UMKM yang akan dikembangkan maka ada tiga pilar yang harus diperhatikan yakni penguatan kelembagaan. Kedua, membangun kapasitas UMKM itu, atau sering disebut capacity building. “Kita sudah ada BI Young Entrepreneur School. Di sekolah ini kita ajarkan bagaimana dia memulai, berkomitmen menjadi seorang entrepreneur. Bagaimana dia berproduksi, kemasan, akses kepada pemasaran, akses pada digitalisasi. Sudah 107 peserta yang lulus,”tegas Nyoman. Sedangkan pilar ketiga, akses kepada pembiayaan. Dia berharap dengan sinergi dan kolaborasi yang baik ini bisa membangun UMKM di NTT naik kelas.
Peran Bank NTT
Dirut Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho saat itu menjelaskan peranan Bank NTT sebagai agen pembangunan tentu menjembatani program pemerintah secara baik. “Sebagai salah satu agen of development yang menterjemahkan berbagai program pemerintah maka Bank NTT harus melakukan langkah cerdas. Beberapa hal sudah kami lakukan untuk selaras dengan OJK dan BI untuk regulasi maupun program. Baik itu terkait dengan stimulus dengan Pemerintah maupun Pemprov. Kita terus bekerja untuk aksesibility,”tegas Alex.
Kemudahan-kemudahan terhadap akses layanan perbankan mereka hadirkan, terutama dengan skim Kredit Mikro Merdeka, dengan tagline tanpa agunan, tanpa bunga dan bebas rentenir. “Karena itu skim kredit Merdeka yang digagas oleh Pak Gubernur, kita bersama-ama dengan OJK dan Biro Ekonomi, bagaimana membebaskan UMKM kita dari belenggu rentenir. Inilah salah satu strategi yang jadi penopang bagi ekonomi di NTT,”tegas Alex. */)HumasBankNTT/Boi
Editor: Laurens Leba Tukan