KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena terus gencar sosialisasi percepatan penurunan angka stunting di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Kali ini, pria yang akrab disapa Melki Laka Lena ini menggelar kegiatan tersebut di wilayah Kelurahan Oeba, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang, Sabtu (23/04/2022), pagi.
Sosialisasi bertajuk kampanye percepatan penurunan angka stunting tersebut dilakukukan bersama mitra kerja dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi NTT.
Dalam kesempatan tersebut, Melki Laka Lena memaparkan materi dukungan Komisi IX DPR RI terkait penurunan angka stunting di Indonesia. Sebagai salah satu bentuk komitmen, kata dia Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.
Legislator Golkar ini pun merincikan data tingkat Prevalensi Stunting saat ini dan target 2024. Provinsi NTT merupakan Provinsi dengan angka stunting tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 37,8 %. Untuk mencapai target pravelensi stunting 14% di tahun 2024 dibutuhkan rata-rata peurunan prevelensi stunting setiap tahunnya sebesar 2,7 % dalam 5 tahun. Untuk bisa mencapai target prevelensi 14% dibutuhkan stranas penangana stunting yang lebih aggresif serta kerja keras pemerintah pusat dan daerah.
Lebih lanjut Laka Lena, prevelensi Balita Stunted di NTT, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) merupakan daerah dengan angka stunting tertinggi di NTT yaitu sebesar 48.3%, untuk menekan angka stunting kata dia, dibutuhkan kerjasama lintas sektoral yang kuat, termasuk dari BKKBN Provinsi NTT, edukasi nutrisi/gizi untuk anak dan seluruh keluarga dan perilaku hidup bersih dan sehat yang harus dijalankan oleh keluarga dan seluruh anggota masyarakat agar tercipta lingkungan yang sehat untuk tempat tinggal anak serta Edukasi masyarakat tentang pentingnya mengonsumsi pangan fortifikasi khususnya garam beryodium, minyak goreng, tepung terigu, sehingga dapat berkontribusi menurunkan angka stunting.
“Jadi dengan angka semacam ini, tentu kita di NTT ini harus diajak kerja keras. Tertinggi di NTT ini ada di kabupeten Timor Tengah Selatan dengan angka stunting 48,3 persen, tertinggi se Indonesia bahkan. Sehingga memang kita butuh kerjasama lintas kelompok lintas lembaga yang kuat dipimpin oleh BKKBN provinsi NTT. Kita butuh juga edukasi yang kuat, mudah-mudahan setelah selesai kegiatan ini bisa mendapatkan gambaran bagaimana kita menciptakan keluarga yang sehat membantu menangani stunting,” jelas Laka Lena.
Dia juga menyampaikan, dampak stunting bagi aspek kesehatan yang dapat kita ketahui adalah gagal tumbuh, berat badannya rendah, kecil, pendek, kurus. “Jadi kalau ada bayi yang lahir dengan kategori ini, itu hampir bisa dipastikan stunting, kemudian ada hambatan perkembangan kognitif dan motorik. pada saat dewasa nanti dia (bayi) akan mengalami gangguan metabolik, (risiko penyakit tidak menular) seperti; diabetes, obesitas, stroke, penyakit jantung. Di aspek ekonomi, itu besar sekali, setiap tahunnya 2-3 persen dari GDP atau pendapatan Nasional kita dari masyarakat selama setahun itu bisa hilang.” urai Laka Lena.
Laka Lena juga menambahkan, penanggulangan stunting butuh pola asuh, pola asuh dalam rumah itu menjadi penting, ia menghimbau agar anak-anak muda yang baru menikah itu butuh dampingan dari para orang-orang tua dalam urusan urusan keluarga “jadi harus diberikan pemahaman tentang bagaimana mereka bisa mengonsumsi gizi terutama ibu hamil pada saat kehamilan,” tambahnya.
Selain itu, pemberian pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, ASI Ekskdusif selama enam bulan dan juga melanjutkan menyusui sampai usia dua tahun atau lebih, pemberian Makanan Pendamping ASI yang cukup dan sesuai umur anak, kemudaian juga Layanan kesehatan yang baik seperti posyaridu dan imunisasi.
“Pencegahan stunting yang kadang orang lupa, itu dimulai dari masa awal kehamilan, orang kadang pikir bahwa bayi stunting ini terjadi setelah dia lahir, tidak begitu bapak mama. Pada saat awal kehamilan, segera mempersiapkan intervensi ataupun dukungan terhadap ibu hamil ini, sehingga dia membutuhkan nutrisi ataupun suplemen, makanan bergizi untuk bayi dalam kandungan,” tutur ketua DPD Partai Golkar NTT ini.
Dilain sisi, Melki Laka Lena juga menyinggung terkait penggunaan pangan lokal untuk pencegahan stunting seperti sorgum atau makanan pengganti Nasi yang merupakan sumber pangan tinggi protein. Kata dia, kandungan utama sorgum terdiri atas karbohidrat,Protein, lemak, serat, dan mikonutrien.
Selain itu ada juga daun kelor, antioksidan daun kelor sangat tinggi, kandungan vitamin C di dalamnya 7 kali lipat lebih tinggi daripada jeruk, sementara potasiumnya 15 kali lipat lebih banyak daripada pisang. Ada juga juga kacang-kacangan sebagai salah satu sumber protein tertinggi yang juga merupakan sumber asam folat, zinc, besi dan magnesium yang sangat baik. Ada juga Jewawut, Jewawut ini mengandung Kalsium yang cukup tinggi untuk mencegah pembentukan sel kanker.
Sub Koordinator Bidang Apin pada perwakilan BKKBN Provinsi NTT, Yasni Saudila mengatakan, program pencegahan stunting melalui pendekatan siklus kehidupan, utama nya pada 1000 hari pertama kehidupan. Lanjunya, Ibu hamil wajib memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali di tenaga kesehatan, sampai melahirkan bayi kemudian menjaga status gizi anak tetap baik dan menghindari penyakit infeksi sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak dan remaja.
“Khusus anak remaja putri sesuai dengan program pemerintah kini mendapatkan tablet tambah darah 1 kali setiap minggu untuk mencegah anemia,” katanya.
Yasni menjelaskan, stunting bisa dicegah dengan memastikan kesehatan yang baik dan gizi yang cukup pada 1000 hari pertama kehidupan. 1000 hari pertama kehidupan = 270 hari (masa kehamilan). Pembentukan organ dan jaringan tubuh janin berlangsung setiap hari selama 9 bulan (270 hari). Pembentukan tersebut, membutuhkan zat-zat gizi yang mencukupi dan adekuat, oleh sebab itu, orang tua dan kita semua wajib memastikan kebutuhan zat gizi ibu hamil dan janin yang dikandungnya agar menghasilkan anak yang sehat dan cerdas di kemudian hari. */)Leader Ismail
Editor: Laurens Leba Tukan