KADIN NTT Hingga Kini Belum Berkontribusi untuk Pertumbuhan Ekonomi

265
Ketua Ikatan Serjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Kupang, Dr. James Adam

KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Kamar Dagang dan Industeri (KADIN) Provinsi NTT hingga kini dipandang belum memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan dan kemajuan ekonomi di NTT. Padahal, KADIN adalah salah satu oganisasi besar di Indonesia yang fungsi dan tugasnya diatur oleh UU.

Secara Nasional, KADIN memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia selain ada beberapa organisasi lainnya. “KADIN ini dibentuk untuk membantu pemerintah dalam menumbuh kembangkan perekonomian. Secara Nasional, pengurus KADIN pusat itu diisi oleh orang-orang hebat dan punya kemampuan finasial yang kuat. Dan mereka ikut terlibat dalam memajukan ekonomi Nasional, karena mereka punya posisi di luar pemerintahan yang hebat seperti Chairul Tanjung, Sadiaga Uno dan ada beberapa nama lainnya,” sebut Ketua Ikatan Serjana Ekonomi Indonesia (ISEI) cabang Kupang, Dr. James Adam kepada wartawan di Kupang, Rabu (8/12/2021).

Lantaran memiliki peran yang strategis bagi kemajuan perekonomian Nasional, dalam sturktur kepengurusan KADIN Pusat, ada banyak Wakil Ketua Umum yang komposisinya mengikuti jumlah menteri dalam kabinet. “Dimana ada Presiden melakukan kunjungan kerja, pasti ada orang KADIN yang mendampingi. Dimana Menteri Keuangan melakukan kunjungan di daerah, pasti ada orang KADIN yang ikut,” sebut Dr. James.

Menurut dia, oraganisasi sebesar KADIN, punya pengaruh sangat kuat dalam sistim perekonomian Nasional. “Mestinya di daerah, KADIN Provinsi juga punya fungsi dan tugas yang sama. Jika merujuk pada AD/ART, KADIN adalah wadah komunikasi, advokasi bagi pengusaha Indonesia. Fungsinya, menjadi jembatan antara pengusaha Indonesia dengan Pemerintah dan juga dengan pengusaha Luar Negeri,” ujarnya.

Dikatakannya, KADIN di daerah, juga mempunyai fungsi dan tugas yang sama seperti di pusat, menjadi pendamping dan jembatan antara pemerintah dan pengusaha. “Kalau dia berdiri sendiri, tanpa terlibat dalam kegiatan Pemerintah maka itu bukan KADIN. Mestinya dia menjadi komunikator antara pengusaha di daerah dengan Pemerintah Daerah. Sedangkan, salah satu tugas pokok KADIN dari sekian banyak yang tertera dalam AD/ARTnya adalah untuk membangun dan mengembangkan bertumbuhnya interpreneur baru demi kemajuan ekonmi daerah,” sebut Dr. James.

Tetapi, jika KADIN itu ada di daerah lalu jalan sendiri hanya tempel sedikit di Pemerintah untuk kepentingan tertentu saja maka itu tidak benar, fungsinya dan tugasnya juga bukan begitu.

Dalam konteks NTT, Dr. James mengatakan, dari kaca mata ekonomi KADIN belum memberikan kontribusi apa-apa terhadap perekonomian di NTT. Kita belum omong mengensi perdagangan dan industri, itu masih secara umum. Kalaupun ada, mungkin kecil sekali. Nah ini mestinya kalau para senior KADIN melihat dengan kaca mata yang tepat maka ini harus menjadi dasar dan acuan untuk pengurus KADIN kedepan agar sesuai dengan AD/ART KADIN. Sehingga kalau ada di daerah maka salah satu tugasya mesti sebagai jembatan antara pengusaha daerah dan pemerintah daerah dalam rangka menumbuh kembangkan dan membangun serta melahirkan pengusaha baru,” jelasnya.

Ia menegaskan, sampai dengan hari ini, kontribusi KADIN terhadap pemerintah daerah Provinsi NTT khususnya dalam soal perekonomian belum nampak apa-apa. “Pertama, kita bisa hitung berapa industri yang ada di NTT. Lalu jika omong ke perdagangan, berapa yang merupakan kontirubsi KADIN dalam hal perdagangan, baik yang keluar maupun yang masuk ke NTT. Selama ini yang lebih banyak bermain adalah Pemerintah. Peran KADIN belum kelihatan ada sama sekali,” katanya.

Dr. James mengatakan, dulu publik ribut soal mangan di NTT, namun sekarang di mana ada industri pengolahan mangan di NTT. “Kita bangga dengan provinsi ternak, garam, cendana, gudang ikan dan macam-macam. Sekarang kita lihat, di mana ada pabrik cendana, dimana ada pabrik pengolahan ikan, dimana industri pengolahan daging sapi. Dulu kita ada pabrik kulit sapi, tetapi di mana sekarang, padahal kita penghasil sapi terbesar tapi tidak ada pabrik. Ini mesti menjadi kontribusi KADIN daerah untuk menggerakan anggota KADIN karena mereka semua adalah pengusaha daerah,” ujarnya.

Dr. James menyebutkan, dengan kondisi KADIN sebelumnya yang tidak maksimal berkontribusi untuk perekonomian di NTT maka pengurus KADIN yang bakal berganti nanti harus memberikan sesuatu yang beda dari pengurus KADIN sebelumnya. “Misalnya kita liat berapa insvestor yang datang ke NTT, sampai hari ini kita bisa hitung dengan jari. Investor punya uang besar mau inves di NTT, tetapi secara ekonomi bisnis itu not feasible artinya tidak memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu di NTT. Akhirnya tidak ada orang mau investasi dalam jumlah besar di NTT padahal kita punya potensi yang besar,” sebutnya.

Ia menyarankan kepada Pengurus KADIN NTT yang baru bahwa jika mau berhasil maka harus bekerja secara tim. Rangkul semua pengusaha daerah yang ada sebab itu adalah kekuatan daerah. “Semua harus bekerja sama dalam tim, tidak bisa kerja sendiri dan atau kelompok, harus kerja tim,” ujar James Adam.***Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap