TAMBOLAKA,SELATANINDONESIA.COM – Cita rasa kopi Sumba tidak kalah dengan kopi dari daerah lain di NTT. Secangkir saja tidak cukup bagi penikmat kopi. Aroma khas kopi Sumba seakan memantik rasa untuk terus tambah, dan tambah lagi.
Itu pasalnya, Ketua Dekranasda NTT, Ny. Julie Sutrisno Laiskodat menyatakan kesiapannya untuk membantu memfasilitasi para petani kopi dalam mengolah kopi mulai dari pasca panen hingga penjualannya. Disebutkan, dengan berkembangnya teknologi yang semakin pesat dewasa ini sudah barang tentu, para petani dituntut untuk beradaptasi dengan kemajuan tersebut yang salah satunya dengan penggunaan teknologi tepat guna yang bisa membantu kerja para petani.
“Kami siap membantu karena kami pernah memfasilitasi beberapa kelompok kopi termasuk mesin roasting kopinya yang hasilnya itu bisa premium. Juga alat untuk bubuknya tidak lagi pakai manual tapi ada alatnya tersebdiri,” sebut Julie Laiskodat ketika berbicara dalam acara Penanaman Perdana Kopi Robusta seluas 20 Ha di Desa Mali Iha, Kabupaten Sumba Barat Daya, Sabtu (13/11/2021).
Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi Partai NasDem ini mengatakan, beberapa tahun terakhir ini telah memfasilitasi pelabelan, packingan hingga pemasaran yang selama ini menjadi kendala bagi para petani.
“Saya berharap nantinya produk ini sudah bisa ada di pasaran hingga di Labuan Bajo bahkan sampai Jakarta dan kota-kota lain di Indonesia, agar tidak hanyayang dikenal itu kopi Bajawa atau kopi Manggarai saja tapi juga kopi Sumba,” sebutnya.
Ia menambahkan, alasan mendasar kopi Sumba harus diolah terlebih dahulu karena selama ini banyak orang datang membeli dalam bentuk gelondongan dengan harga murah lalu diolah di luar dan dipasarkan dengan harga yang mahal bahkan ada yang jual hingga ke luar negeri. “Pengalaman yang terjadi seperti yang saya alami saat mengunjungi Eropa, disana saya menemukan ada kopi yang bertuliskan kopi Bajawa tapi yang made in Eropa. Saat ditanya mereka jawab, iya karena belinya dari orang. Sehingga saya berharap kita bisa jadi rajanya kopi dan harus sejahtera dari kopi,” katanya.
Julie Laiskodat mengatakan, yang terpenting adalah etos kerja dari masyarakat karena percuma saja kalau Dekranasda dam Pemerintah berupaya sedemikian rupa dengan bantuan, namun etos kerja para petani masih lemah. “Saya minta ini yang perlu ditingkatkan lagi apalagi ke depannya akan ada Pergub untuk memastikan di setiap restoran itu tidak ada lagi kopi dari luar tapi harus kopi dalam NTT sendiri,” ujarnya.
Ketua Dekranasda SBD, Ny. Margareta T. W Mete mengatakan, kegiatan penanaman kopi ini merupakan salah satu rangkaian dari Festival Kopi Inklusif Kabupaten Sumba Barat Daya 2021 yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dan pengusaha kopi dalam hal budidaya, dan pengolahan pasca panen hingga pemasaran kopi.
“Mendorong sinkronisasi dan strategi pengembangan kopi inklusif di Kabupaten Sumba Barat Daya melalui Kebijakan Daerah untuk memastikan Kopi Sumba menjadi prioritas utama. Baik itu dalam acara-acara warga, acara pemerintah dan jamuan wisatawan melalui kampanye dan promosi sehingga nantinya Kopi Sumba bisa dikenal, diminati dan dinikmati oleh warga Sumba dan secara lebih luas bagi para penikmat kopi di Indonesia,” katanya.
Tidak hanya itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk mendorong terciptanya ruang pusat kuliner kopi dan jajanan pasar sebagai sentrum kota sekaligus meningkatkan kesadaran warga mengenai pembangunan Inklusif dengan melibatkan para penyandang disabilitas di Kabupaten Sumba Barat Daya,” terangnya.
Sehari sebelumnya Ketua Dekranasda NTT yang juga Anggota DPR RI, Ny. Julie Sutrisno Laiskodat berkesempatan menjadi juri utama dalam acara penganugerahaan putri pariwisata Sumba Barat Daya Tahun 2021. Hadir di kesempatan tersebut, Bupati SBD, dr. Kornelius Kodi Mete, Ketua Dekranasda SBD, Ny. Margareta T. W Mete, dan sejumlah mitra LSM.*)UmbuOncu
Editor: Laurens Leba Tukan