KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Sebuah lembaga kredibel yang menggawangi jasa konsultan komunikasi politik dan strategy branding hadir di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Kehadiran lembaga yang didirikan oleh Bonggas Adhy Chandra, bernama Politician Academy itu resmi dilaunching di Sasando International Hotel, Kupang, Selasa (6/7/2021).
Peluncuran lembaga konsultan politik pertama di NTT itu ditandai dengan diskusi cerdas para politisi muda dan perempuan politik dipandu Branch Director NTT Politician Academy, Ivan Rondo. Diskusi terbatas itu melibatkan para pengurus Parpol, Bapilu, Bacaleg, Mahasiswa dan juga Media. Diskusi dikemas dengan tagline Ngobrolin Politik (Ngopi) dengan tema Tantangan Pemilu dan Pilkada 2024 serta Bagaimana Kesiapan Bacaleg dan Bacakada.
Irvan Rondo mengatakan, di tengah perubahan jaman dan budaya yang terdisrupsi oleh percepatan dan perkembangan tehnology internet yang sangat pesat hari ini, ditambah pandemi Covid-19, telah menuntut semua pihak serta semua lembaga baik itu Pendidikan, Swasta, Organisasi, Bisnis dan Pemerintah untuk beradaptasi, berinovasi dan berkolaborasi.
Disebutkan Ivan Rondo, situasi ini bakal berdampak pada persiapan bangsa ini dalam menghadapi Pemilu dan Pilkada tahun 2024 mendatang. “Satu hal yang paling kelihatan dan dirasakan hari ini, bahwa politik pun ikut terdisrupsi atas perubahan perilaku masyarakat dalam mengkonsumsi informasi dan beradaptasi dengan perkembangan dan tools tehnology digital sebagai pusat informasi komunikasi,” sebutnya.
Bahkan menurut dia, merosotonya perekonomian berdampak pada kebijakan politik dan arah pembangunan ekonomi kedepan. “Hal ini tentunya menimbulkan tantangan baru yang semakin kompleks bagi penyelenggara terutama partai politik dan kandidatnya dalam strategy membangun citra atau personal branding untuk meraih simpati pemilih pada 20204 nanti,” ujar Ivan.
Ivan Rondo mengatakan, kehadiran social media saat ini secara kritis telah membentuk perilaku komunikasi dan interaksi yang kritis bagi para pengguna. “Awalnya hanya sebagai netizen biasa, hari ini telah berubah menjadi citizen journalism. Semua orang bebas berpendapat bahkan menginformasikan berita apapun tanpa batas dan sesuka hati memposting apapun termasuk menyerang pribadi pemimpinnya dan Lembaga secara langsung dengan berbagai informasi, fakta dan narasi untuk diketahui dan dikomentari oleh warga socmed lainnya,” katanya.
Menurut Ivan, situasi ini telah merevolusi esensi ruang bersosial media menjadi sebuah ruang cyber demokrasi atau ruang demokrasi digital yang aktif bahkan interaktif serta kritis. “Bahkan sangat cepat membentuk dan membangun opini baru serta dapat menjadi trend digital ditengah masyarakat sebagai opini public yang mempengaruhi persepsi politik, kebijakan politik maupun citra para politisi itu sendiri,” ujarnya.
Lebih parahnya lagi, menurut dia, di ruang itu semua orang sangat bebas mengemukakan pendapat dan kritikan, sindiran bahkan protes secara langsung atas hasil pembangunan yang dilakukan oleh para pemimpin dengan interpretasinya masing-masing. “Belum diambah perang buser dan hoaks di dalamnya. Walaupun pandemi membatasi jarak dan ruang pertemuan secara fisik, tapi faktanya, secara digital khususnya di social media, setiap hari terjadi kegaduhan terus menerus tentang politik,” sebut Ivan.
Ivan Rondo yang sudah menggeluti lebih dari 14 tahun di Industri Komunikasi, Strategy Branding serta pendampingan kandidat politik level daerah dan nasional ini menambahkan, dalam pengamatan dan analisis Politician Academy, politik mengalami disrupsi yang sangat luar biasa. Bahkan, tingkat kepercayaan masyarakat khususnya anak muda di era milenial ini semakin hari semakin menurun dan apatis pada politik. “Padahal sejatinya politik itu hanyalah instrument bagi para politisi dalam menjalankan kepercayaannya sebagai pemimpin atau wakil rakyat yang telah dipilih secara amanah,” uajar dia.
Itu pasalnya, Politician Academy sebagai salah satu Lembaga Jasa Konsultan Komunikasi Politik Nasional hadir dan membuka cabangnya di daerah secara langsung. “Tujuannya sederahan saja, agar dapat bekerja sama lintas Lembaga termasuk Penyelenggara dan partai politik, menjalin komunikasi, melakukan pemetaan dan ikut mencari solusi dalam membangun strategy, narasi dan literasi yang baik terhadap persepsi politik. Juga berbagai program seminar, workshop, pelatihan/training bahkan online course untuk mempersiapkan politisi yang handal secara persona. Dan, bukan saja sekedar memenangkan konstetasi, tapi juga mempersiapkan Personal Capacity selama menjabat atau memimpin nantinya,” sebut Ivan.
Tidak hanya itu, Politician Academy diharapkan mampu membangun kembali citra politik sebagai sebuah instrument pembangunan dan ruang aspirasi masyarakat dalam berdemokrasi. “Ini untuk memberikan pencerahan dan energi baru yang lebih strategic bagi para politisi dan pemilih, terutama anak muda dan milenial menuju pesta demokrasi di era tehnology dan percepatan internet tahun 2024 di NTT nanti,” katanya.
Bonggas Adhy Chandra, Akademisi dan Coach Politik Nasional yang belasan tahun menggarap dunia Strategy Branding dan Komunikasi politik ini menyebutkan, trend dan tantangan Pemilu serta Pilkada Tahun 2024 di NTT, dipengaruhi oleh data perolehan suara pada Pemilu 2019 yang lalu. Dipaparkan, Nasdem, Golkar dan PDIP adalah 3 Partai terbesar di Legislatif Propinsi dan Kabupaten-Kota.
Bonggas mengataan, PDIP dan Golkar mendapat 10 kursi sedang Nasdem 9 kursi. Di Kabupaten/Kota, Nasdem menang di 10 wilayah sedangkan PDIP di 9 wilayah menyusul Golkar di 6 wilayah. “Tingkat keberhasilan Petahana di Propinsi NTT sangat kecil karena hanya 25 Petahana bertahan dari 65 kursi yang ada di 2019. Di tingkat Kabupaten/Kota pun persentase kemenangan Petahana Legislatif ada di angka rata – rata 45% dengan minimal di Kabuaten Ende dan Malaka 36% dan tertinggi di Kabupatn Kupang dengan 70%. Sedangkan Tingkat partisipasi pemilih dalam Pileg 2019 persentasenya 79,99% berbanding dengan Pilpres 77,82%,” ujarnya
Selain itu, dikatakan Bonggas, data dan trend Pilkada 2024 menunjukan Golkar (10) dan Nasdem (8) kursi menjadi Parpol yang terbanyak memenangkan Paslonnya di Pilkada 2017-2018-2020 dan disusul oleh Gerindra (8) kursi. “Posisi Petahana tidak menjamin kemenangan, dimana data tahun 2017, 3 Pilkada- 3 Petahana – 3 Menang, Data 2018, 10 Pilkada – 10 Petahana – 1 Menang, Data 2020 : 9 Pilkada – 8 Petahana – tidak ada yang menang,” bebernya.
Ia menguraikan, parpol besar tidak selalu memihak Petahana dan menggantungkan diri pada approval rating dan survei terakhir. Paslon Independen tidak begitu populer di NTT, karena terdapat hanya 9 Paslon sepanjang 3 Pilkada dan hanya menang di 1 Kabupaten Sikka. “Dampak Pilkada serentak 2024 adalah 13 daerah di NTT akan digantikan oleh PJS/PLT dan Incumbent memiliki pengaruh kecil terhadap mesin Birokrasi,” ujarnya.
Bonggas mengatakan, Politician Academy yang baru hadir pada tahun 2017 di Jakarta, terdiri atas pribadi – pribadi yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dan ahli dalam Pilkada dan Pileg lebih dari 15 tahun. “Kami telah memiliki 7 cabang dengan target tahun ini akan hadir 16 cabang di Indonesia pada tingkat Provinsi. Kami memiliki visi besar memberikan literasi politik, membimbing dan mendampingi para politisi muda sebagai eksekutif maupun legislatif agar dapat menjadi pemimpin dan politisi muda yang bukan saja siap terjun tapi mampu mengemban tugas dan jabatan sesuai kapasitas dan kapabilitas yang dimiliki melalui pendampingan Politician Academy,” katanya.
Dijelaskan Bonggas, selain melakukan pendampingan sebagai Konsultan Politik, pihaknya juga akan menyelenggarakan berbagai kegiatan Literasi dan Upskill secara onsite dan online bagi para calon politisi baik strategy winning maupun kemampuan legislasi, budgeting, dan monitoring serta celah-celah mana yang bisa dihindari agar tidak terjebak dengan money politik dan kekuasaan.
“Politician Academy memiliki Program unggulan yang sudah berjalan sejak tahun 2018 dan sudah diikuti oleh ribuan peserta yaitu Buku Winning Strategy, Seminar/Webinar Cerdas Berpolitik, Program 100 Parlemen Muda, Manajemen Media Sosial Calon Kepala Daerah dan Calon Legislatif, Bootcamp Strategi Pemenangan, Training Pemberdayaan Desa, Literasi politik Politisi Muda melalui Youtube dan Podcast,” jelasnya.
Ia berpesan kepada para Bacaleg dan Bacakada yang akan bertarung pada Pemilu dan Pilkada 2024, agar mempersiapkan diri sebaik mungkin karena gagal mempersiapkan berarti mempersiapkan kegagalan. “Jangan mulai di ujung, atur strategi dan atur ‘nafas’ sampai pertempuran di 2024. Khusus incumbent legislatif manfaatkan waktu sebaik mungkin dan jangan terlena. Khusus incumbent kepala daerah, terlebih yang diganti PJS, persiapkan strategi yang berbeda dan lebih tajam dan independen secara finansial agar bisa menjalankan kompetisi dan program tanpa intervensi pihak lain,” katanya.
Bonggas juga menjelsakan pentingnya memanfaatkan semaksimal mungkin media sosial. “Di 2024 lebih dari 50% pemilih adalah Millenial dan Gen Z yang aktif di Medsos, untuk itu maka jangan percaya pada anekdot Belanda masih jauh. Itu adalah pemahaman yang salah bagi para calon politisi jika mau maju dan menang nanti,” sebut dia.
Lantaran situasi PPKM, para peserta yang hadir dibatasi hanya 12 orang meskipun animo para bacaleg ikut sangat tinggi. Para peserta yang hadir yaitu Laurens Leba Tukan salah satu pengurus dan Bacaleg Partai Golkar NTT, Agnes Debi Angkasa sekretaris Bapilu Partai Golkar NTT, Aksa Y. Blegur Direktur Eksekutif Badan Daksi Partai Golkar NTT, Winston Rondo Bacaleg dan Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Kupang, Viktor Dimuheo Bacaleg dan Ketua Bapilu PDI Perjuangan Kota Kupang, El Ishak Bacaleg PDI Perjuangan Kota Kupang, Pdt. Jefry Watileo perwakilan tokoh agama, Media masa, Gregorius Matrekano mahasiswa dan milenial.*)IR
Editor: Laurens Leba Tukan