Kendati Dihantam Pandemi dan Seroja, NTT Masuk 10 Besar Pertumbuhan Ekonomi Positif di Indonesia

69
Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat ketika berbicara dalam kunjungan kerja di desa Solo, Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo, Senin (24/5/2021). Foto: SelatanIndonesia.com/Laurens Leba Tukan

NAGEKEO,SELATANINDONESIA.COM – Meski dihantam pandemi Covid-19 setahun silam dan badai siklon tropis seroja pada awal April 2021, sesuai evaluasi pemerintah pusat, Provinsi Nusa Tenggara Timur termasuk dalam 10 besar provinsi di Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi positif.

Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat mengatakan itu ketika melakukan kunjungan kerja bersama rombongan di desa Solo, Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo (24/5/2021). Sebelumnya sejak Kamis 20/5/2021, Gubernur Laiskodat bersama rombongan melakukan kunjungan kerja dari Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur, Ngada dan kini di Nagekeo. Menurut Gubernur, kunjungan kerja itu dilakukan untuk memastikan geliat aktivitas ekonomi di NTT tetap memacu peningkatan pertumbuhan ekonomi NTT yang terus positif.

“Mencermati data Badan Pusat Statistik (BPS) 2021, NTT termasuk 10 Provinsi (Provinsi Riau, Riau, Bangka Belitung tumbuh 0,97 persen, Yogyakarta 6,14 persen, Nusa Tenggara Timur (NTT) 0,12 persen, Sulawesi Utara 1,87 persen, Sulawesi Tengah 6,26 persen, Sulawesi Tenggara 0,06 persen, Maluku Utara 13,45 persen, Papua Barat 1,47 persen, termasuk Papua 14,28 persen) yang pertumbuhan ekonominya positif, tentunya berkontribusi juga terhadap pertumbuhan ekonomi pada kuartal I Januari-Maret 2021 sebesar 7 persen,” sebut Gubernur Laiskodat.

Disebutkan Gubernur Laiskodat, untuk memastikan kondisi pertumbuhan ekonomi NTT tetap positif, maka pemimpinnya harus berada di lapangan guna berkolaborasi dalam melaksanakan pembangunan dan menyelesaikan permasalahan yang terjadi dengan pendekatan kerja cerdas, cepat dan tepat.

Dalam situasi sulit ini seperti pandemi Covid-19 dan baru saja dihantam badai sikon tropis seroja, kita tetap konsisten dalam penganggaran yang diarahkan untuk penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi daerah,” katanya.

Ia menyebutkan, perintah Bapak Presiden kepada para Gubernur agar menginjak gas dan rem. “Artinya secara terkontrol antara penanganan pandemi Covid-19 dan memastikan aktivitas ekonomi kita tetap positif dan lebih meningkat lagi,” ujarnta.

Disebutkan Gubernur Laiskodat, banyak pihak yang protes terkait kebijakan pariwisata sebagai lokomotif pembangunan di NTT karena ketika pandemi, pariwisata menjadi sektor yang paling terdampak. “Kita dapat buktikan pertumbuhan ekonomi kita tidak terpuruk selama pandemi. Kenapa?, karena rantai nilai dipasok dari dalam NTT. Pengalaman mengatasi Covid-19 menjadi pelajaran bagi kita dalam membangun pariwisata harus juga mendesain rantai nilainya sehingga situasi sulit apapun daerah ini tetap berkontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi Nasional,” ujarnya.

Gubernur Laiskodat juga menegaskan terkait desain kelembagaan di tingkat Desa yaitu Kolaborasi antar Bumdes dan Koperasi. “Terkait Bumdes, kita harus mampu memilah program dengan pemahaman karakteristik masyarakat kita yang belum memiliki pengetahuan bisnis yang mumpuni sehingga Bumdes tidak bisa maksimal dalam mengolah potensi ekonomi di desa. Padahal kita ini Provinsi dengan koperasi-koperasi besar di dalamnya. Konsepnya masyarakat sudah paham karena sebagian besar dari kita adalah anggota koperasi. Tinggal pembekalan ekonomis, perencanaan bisnis, perencanaan keuangan, dan dikolaborasikan dengan Bumdes. Saya ingin di NTT, Koperasi dan Bumdes di kolaborasikan karena Bumdes tergantung pada kepala desa yang paham tentang kewirausahaan dan visioner, kalau tidak paham maka kegagalan yang terjadi, kalau koperasi, pemilik saham adalah anggotanya, satu orang satu suara sehingga kalau terjadi perubahan pada kepemimpinan di desa dan gesekan antara pengurus dengan kepala desa, lembaga koperasi ini tetap hidup,” jelasnya.

Ia memerintahkan Kadis PMD Viktor Manek agar segera bawa konsep tersebut ke Kementrian Desa dan PDT, bahwa desain penggabungan Bumdes dan Koperasi, pelajari dan kolaborasikan Dinas Koperasi TKT.

Bupati Nagekeo, Yohanes Don Bosko menggambarkan dukungan dan sinergitas dalam pembangunan Pariwisata di Kabupaten Nagekeo. “Kunjungan kerja kali ini rasa tamasya tapi tetap fokus pada pembangunan NTT. Desain Pariwisata di Nagekeo dapat dijabarkan dalam beberapa Ring, yakni di desa Solo tempat kita melaksanakan kegiatan ini termasuk ring Ebulobo dengan atraksi wisatanya tinju tradisional yang dilaksanakan setiap bulanya, ring Amagelu dengan atraksi wisata tinju tradisional, ring Lena dengan atraksi wisata rohani, ring Inde dengan atraksi wisata alam dan budaya, dan ring Mbay dengan atraksi ritual adat dan tenun ikat,” ungka Bupati Don Bosko

Disebutkan, daerah Nagekeo sangat memungkinkan untuk masyarakatnya kaya raya, asalkan tidak malas dan bekerja cerdas, cepat dan tepat. “Prinsipnya pelaksanaan pembangunan di wilayah Kabupaten Nagekeo kita berkolaborasi secara bersama-sama untuk kesejahteraan masyarakat,” ungkapnya.

Usai melakukan kunjungan kerja di Desa Solo, Gubernur dan rombongan menuju ke Nangaroro dan menginap di Paroki St. Martinus Nangaroro, Kabupaten Nagekeo dan dijadwalkan akan melakukan peletakan batu pertama pembangunan Aula Paroki St. Martinus Nangaroro pada Selasa (25/5/2021) dan selanjutnya ke Kabupaten Ende. Gubernur Laiskodat saat itu didampingi para Sataf Khsusu diantaranya Thony Djogo, Pius Rengka, dan Imanuel Blegur dan Anwar Pua Geno. Turut serta Pimpinan OPD diantaranya Kadis Pertanian Tanaman Pangan Lecky F. Koli, Kadis PUPR Maksimus Nenabu, Kadis PMD Viktor Manek, Kadis Perikanan dan Kelautan Ganef, Kadis PTSP Marianus Jawa dan Karo Administrasi Pimpinan Marius Aredu Jelamu. Serta, Dirut Bank NTT Alex Riwu kaho didampingi Direktur Kredit dan Pemasaran Paulus Stiven Messakh.***Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap