Ini Baru Kapolri

806
Listyo Sigit Prabowo ketika masih menjabat sebagai Kapolres Pati, tahun 2009, makan nasi Gandul makanan khas Pati. Foto: Istimewa

KUPANG,SELATANINDONESIA.COM –  Komjen Listyo Sigit Prabowo adalah sosok jenderal polisi sederhana dan berdedikasi tinggi, yang kesederhanaanya tergambar sejak dulu. Ia kini dipercayakan mengemban tugas sebagai Kapolri yang ke 25 bagi Kepolisian Republik Indonesia.

Siap, lugas, pintar dan sangat mengerti kemana institusi Kepolisian pada era modern ini harus bergerak, sepertinya terpampang sangat jelas dari banyaknya pujian dan apresiasi anggota Komisi III DPR RI ketika calon tunggal Kapolri Komjen Listyo Sigit Prabowo memaparkan makalahnya yang berjudul Transformasi Menuju Polri Yang Presisi pada uji kepatutan atau fit and proper test Rabu 20 Januari 2021 silam.

PRESISI adalah singkatan Prediktif, ResponSibilitas dan TransparanSi. “Ra nggumun” sebagai pujian setinggi langit anggota komisi III datang dari Fraksi Golkar Supriansa yang berkata “Ini makalah terbaik sepanjang zaman ini. Sempurna!!,” tulis Djafar Lubis politisi Golkar kepada SelatanIndonesia.com, Senin (25/1/2021).

Disebutkan Djagar, menjadi sangat menarik ketika Anggota Komisi III Fraksi PKS Dimyati Natakusumah juga memujinya. “Ini luar biasa, Pak, saya kasih nilai 9. Makalah yang sangat bagus dan saya sangat senang membacanya,” ujarnya.

Demikian pula ketika Fraksi PAN Sarifuddin Suding turut memuji. “Saya sampai dua kali membaca. Ini betul-betul kajian ilmiah sebenarnya. Banyak filsafat yang terkandung di dalamnya, kajian ilmu ontologinya ada, epistemologi dan aksiologinya” kata Suding.

Bukan hanya Golkar, PKS dan PAN,  Fraksi Gerindra pun memuji makalah Komjen Listyo Sigit Prabowo. Anggota Komisi III Fraksi Gerindra, Wihadi, menyebut proses uji kepatutan Komjen Listyo Sigit Prabowo bisa berjalan lancar.

Bagaimana dengan Nasdem?, “Ini pertama kalinya ada seorang calon Kapolri yang saya lihat sangat siap untuk posisi ini. Beliau sudah punya konsep yang matang dan komprehensif, dan dilakukan dengan pendekatan yang multidimensional, sehingga Polri di sisi lain bisa tegas tapi juga bisa humanis ke semua kalangan,” kata Sahroni dari Fraksi Nasdem.

Tidak salah salah Presiden Jokowi menjagokannya. Bukan hanya diterima, Komjen Listyo bahkan sangat dipuji oleh mereka yang kemarin sempat dikhawatirkan akan menolak.

Peneliti Kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISeSS) Bambang Rukminto mengapresiasi konsep “Polri Presisi ” atau polisi prediktif, responsibilitas, dan transparansi berkeadilan. Konsep tersebut adalah calon Kapolri Komjen Listyo Sigit Prabowo dalam uji kepatutan dan kelayakan Komisi III DPR, Rabu (20/1/2021). Menurut Bambang, konsep tersebut sangat cocok untuk menghadapi tantangan zaman 4.0.

“Pencegahan atau Pencegahan Kejahatan ini sebenarnya sudah lama digaungkan, dan salah satu bentuk kepolisian modern bagaimana Partisipasi masyarakat dilakukan,” kata Bambang, dalam diskusi daring di YouTube Medcom.id, Minggu (24/1/2021) yang dilansir dari KOMPAS.COM.

Ia mengatakan, hearts concept presisi Terdapat Pencegahan ATAU prediktif Perlu dilakukan hearts Upaya Pencegahan kejahatan. Kemudian terkait tanggung jawab, Bambang menekankan bahwa kepolisian memang harus cepat tanggap untuk kasus kasus yang terkait dengan ketertiban dan keamanan di masyarakat.

Dengan era 4.0, kata dia, penggunaan teknologi informasi dapat membantu kepolisian untuk cepat merespons dan segera melaporkan segala bentuk laporan yang masuk. Akan tetapi, Bambang berpendapat, dengan luas negara Indonesa, hal tersebut hanya bisa diterapkan di kota-kota besar di pulau Jawa.

Ia berharap, dengan adanya tanggung jawab tersebut, laporan yang bersumber dari daerah-daerah pelosok nantinya juga dapat diakomodasi. Lebih lanjut, Bambang menuturkan, promotor jargon atau profesional, modern dan terpercaya sejak zaman Jenderal Tito Karnavian hingga Idham Aziz, kerap kali salah dalam implementasinya.

“Saya melihat jargon promoter atau profesional, modern dan terpercaya, modernnya ini diterjemahkan untuk membuat aplikasi-aplikasi yang biayanya sangat mahal tetapi tidak berguna bagi masyarakat,” ucap dia. “Beberapa kawan-kawan (kepolisian) membuat aplikasi pelaporan, faktanya saya beberapa kali mencoba menghubungi tidak ada respon sama sekali ya, robot saja tidak ada yang menjawab,” kata Bambang.

Kendati demikian, Bambang melihat ada optimisme yang dibangun oleh Listyo terkait dengan pengawasan atau kontrol. Hal ini membuat masyarakat bisa berpartisipasi, bukan hanya mengontrol sesama masyarakat seperti konsep Pam Swakarsa, namun juga mengawasi kinerja kepolisian. Sebab, Bambang melihat, Inspektur Pengawasan Umum Polri (Irwasum Polri) dan bidang Profesi dan Pengamanan (Bid Propam Polri) jauh dari masyarakat.

“Selama ini saya melihat irwasum atau bid propam ini seolah-olah menara gading yang tidak bisa disentuh oleh masyarakat,” kata Bambang. “Sangat jauh sekali, sehingga pelaporan-pelaporan nyaris tidak tersentuh,” ucap dia.

Dengan adanya jargon ketiga dari presisi yakni transparansi berkeadilan, lanjut Bambang, seharusnya bisa menjadi fokus dari bidang profesi dan pengamanan Polri untuk menindaklanjuti segala laporan yang masuk. “Itu juga harus akuntabel dan transparan sehingga masyarakat bisa mengaksesnya apakah laporan-laporan masyarakat terkait dengan kepolisian ini bisa ditindaklanjuti atau tidak,” kata Bambang.***Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap