Gubernur Melki Laka Lena meresmikan Gedung Bruno Sukarto dalam Dies Natalis ke-25 Stikom Uyelindo Kupang. Sebuah momentum pengingat bahwa kampus teknologi ini lahir dari keterbatasan dan terus menantang zaman.
KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Di halaman kampus Stikom Uyelindo Kupang yang mulai ramai sejak sore, lampu sorot dari panggung utama mengarah ke bangunan baru yang menjulang anggun. Gedung itu dinamai Bruno Sukarto, sebuah penghormatan untuk sang pendiri kampus yang dua dekade lebih lalu membangun lembaga ini nyaris dari nol.
Malam itu, Kamis (12/6/2025), Gubernur Nusa Tenggara Timur, Emanuel Melkiades Laka Lena hadir untuk dua momen sekaligus: perayaan puncak Dies Natalis ke-25 Stikom Uyelindo Kupang dan peresmian Gedung Bruno Sukarto. Dalam pidatonya, Gubernur Melki menekankan nilai perjuangan yang melandasi berdirinya kampus tersebut. “Dengan sarana dan prasarana yang sangat terbatas, juga keterbatasan dosen dan teknologi kala itu, Pak Bruno Sukarto tetap berjuang. Kampus ini bertahan karena visi yang luar biasa,” ujarnya dari podium, di hadapan ratusan hadirin termasuk Forkopimda, Wakil Bupati Kupang, Kepala LLDIKTI Wilayah XV, dan para rektor dari berbagai kampus di NTT.
Gedung yang diresmikan malam itu memang bukan sekadar simbol fisik. Bagi Gubernur Melki, bangunan itu adalah metafora dari visi tentang generasi muda yang akan mengubah wajah NTT melalui teknologi dan pendidikan. “Gedung ini harus jadi rumah bagi lahirnya pemuda yang kompeten, beretika, dan berjiwa pemimpin. Profesionalisme dan semangat pelayanan adalah kunci,” ujarnya. Ia lalu menandatangani prasasti peresmian dan menyentuh layar digital sebagai tanda dimulainya era baru di kampus itu.
Warisan Semangat dari Bruno
Max Lenggu, Ketua Panitia Dies Natalis, menjelaskan bahwa perayaan kali ini merupakan puncak dari rangkaian acara yang telah berlangsung sejak 24 Mei. Ada Fun Run 10 km, seminar nasional dan internasional, Uyelindo Competition, Expo, dan kegiatan sosial “Uyelindo Berbagi”. “Kita juga menyerahkan beasiswa kepada 30 mahasiswa dari 22 kabupaten/kota di NTT,” ujar Max.
Puncak acara itu menyatukan banyak wajah dan harapan. Bagi sebagian mahasiswa, beasiswa dari pemerintah provinsi adalah jawaban dari kekhawatiran untuk bisa melanjutkan pendidikan. “Kami ingin pastikan tidak ada anak NTT yang putus sekolah hanya karena alasan ekonomi,” kata Gubernur Melki.
Tak hanya memberi bantuan, Gubernur Melki juga menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan institusi pendidikan untuk membangun masa depan daerah. “Kami ingin generasi muda NTT memiliki akses pelatihan, pendidikan tinggi, dan jaringan kerja hingga luar negeri,” ujarnya.
Kompetisi dan Kolaborasi
Dalam pidatonya, Gubernur Melki tak lupa menyinggung tantangan yang kini dihadapi Stikom Uyelindo. Di tengah tumbuhnya banyak fakultas dan sekolah tinggi ilmu komputer di berbagai kota, eksistensi Uyelindo harus diperkuat dengan keunggulan yang khas. “Jangan hilang arah. Tunjukkan karakter dan kualitas sebagai institusi unggulan di bidang komputer,” katanya, menekankan pentingnya riset dan inovasi sebagai roh pendidikan tinggi.
Ia mendorong agar kampus ini tidak hanya mencetak lulusan yang paham kode dan algoritma, tetapi juga memiliki kepedulian sosial dan pemahaman konteks lokal. “Uyelindo harus jadi pusat riset teknologi informasi yang memberi dampak nyata bagi masyarakat NTT,” tandasnya.
Mengubah Wajah Masa Depan
Dua puluh lima tahun lalu, teknologi informasi di NTT hanyalah mimpi. Kini, mimpi itu telah menjelma kampus, laboratorium, dan gedung bertingkat. Di antara deretan alumni dan dosen malam itu, terselip rasa haru atas keberlanjutan misi yang dulu dipahat Bruno Sukarto. Ia memang telah tiada, tetapi namanya kini terpatri di dinding gedung baru itu—tegak berdiri, menjadi saksi dari zaman yang terus berubah, dan generasi yang terus tumbuh.*/Charles/Laurens Leba Tukan



Komentar