LEMBATA,SELATANINDONESIA.COM – Para petani di sejumlah kecamatan di Kabupaten Lembata yaitu Ile Ape, Ile Ape Timur, Nubatukan dan Lebatukan bakal dilanda gagal panen. Pasalnya, curah hujan yang sangat rendah dan cuaca panas yang berkepanjangan ditahun ini berdampak pada gagal tumbuh semua jenis tanaman umur pendek milik masyarakat. Masyarakat di sejumlah desa menggelar ritual adat “panggil hujan” hingga ke puncak gunung Ile Lewotolok.
Ketua Gapoktan desa Bungamuda, Markus Liat Paokuma yang ditemui SelatanIndonesia.com, Kamis (27/2/2020) mengatakan, curah hujan di tahun ini sangat rendah jika dibandingkan dengan tahun kemarin. Dikataknnya, tahun lalu di bulan Januari dan Februari curah hujannya masih sangat tinggi bahkan sampai di minggu pertama bulan Maret. Cuaca panas yang sangat ekstrim saat ini menyebabkan kekeringan di sejumlah wilayah sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman umur pendek seperti jagung, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu serta tanaman pangan lainnya.
“Untuk tahun 2020, rata-rata kami masyarakat petani di dua wilayah merasa kuatir dengan kondisi alam seperti sekarang ini. Hujan sangat sedikit dan cuaca panas sangat lama. Hampir sebagian besar tanaman di kebun layu, daun-daunya mulai kuning,” tuturnya.
Markus mengatakan, saat ini di desa Bungamuda sedang melakukan ritual adat panggil hujan yang dalam bahasa daerah Lamaholot disebut “tula uran wai-tula uran apun”. Titik seremonial ini terjadi di kampung lama atau rumah adat suku Napaulun, kemudian seremoni berlangsung sampai di puncak dan kawah gunung Ile Lewotolok.
Ritual itu memakan waktu kurang lebih enam hari dengan tujuan memberi makan atau memberikan sesajian kepada para arwah nenek moyang dan atau para leluluhur serta alam semesta sehingga diberikan hujan yang cukup dan hasil panen yang melimpah.
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Lembata, drh. Mathias AK Beyeng yang dihubungi mengatakan, ada sejumlah wilayah seperti Ile Ape, Ile Ape Timur, Nubatukan dan Lebatukan mengalami kekeringan. Ia juga mengakui adanya perubahan siklus cuaca yang signifikan kemudian hujan yang turun juga tidak merata hampir diseluruh wilayah Lembata ditambah lagi intensitas curah hujan di tahun ini sangat rendah.
Dijelaskannya, saat ini yang dilakukan dinas adalah memberikan pendampingan terhadap petani dan pendataan real areal yang mengalami ancaman kekeringan. Dia juga mengatakan, minggu depan pengamat organisme pengganggu tanaman akan dikerahkan untuk melakukan penilaian dan analisis terhadap hasil panen tahun ini. “Dari data olahan tersebut akan menjadi dasar kebijakan selanjutnya”, sebut Mathias.
Wakil Bupati Lembata DR. Thomas Ola Langofay ditemui terpisah mengatakan, tanda-tanda perubahan musim disertai curah hujan rendah yang mengarah pada kemarau panjang terlihat sejak bulan November 2019. Curah hujan di wilayah dataran rendah seperti pesisir Ile Ape dan Ile Ape Timur serta Nagawutung sangat rendah dan tidak menentu sampai dengan akhir Februari 2020.
Pemerintah Kabupaten Lembata melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan kata dia, telah melakukan aktifitas mengantisipasi gagal panen di beberapa wilayah Lembata. Dijelaskan Wabub Langoday, pertama melalui PPL, melakuka pendataan diseluruh wilayah yang terkena dampak kekeringan dan mungkin gagal panen, jumlah petani dan anggota keluarga, luas lahan yang berdampak kekeringan dan hal teknis lainnya.
Selain itu, dengan mengetahui jumlah petani dan anggota keluarga maka dapat diprediksi jumlah konsumsi rumah tangga setara beras, juga mengantisipasi tanaman pengganti. “Jika benar-benar gagal panen maka dapat dilakukan penggantian tanaman jagung dengan tanaman lain seperti kacang hijau dan tanaman lain sejenis yang cocok dengan sisa musim ini,” jelasnya.
Wabub Langoday menambahkan, dinas teknis akan melakukan pemantauan lapangan dan di awal bulan Maret 2020 dan dilakukan rapat koordinasi untuk mencari solusi terkait antisipasi kemarau panjang dan gagal panen.
Ia mengaku bangga dengan masyarakat di beberapa desa karena sudah melakukan ritual dan seremonial adat panggil hujan di kampungnya masing-masing. “Ritual atau seremonial tersebut selain mendatangkan hujan dan memberikan hasil panen yang cukup tetapi juga membantu pemerintah mengatasi fenomena alam seperti sekarang,” katanya.
Beberapa desa yang telah dan sedang melakukan seremonial adat panggil hujan yakni desa Waimatan di Kecamatan Ile Ape Timur, desa Amakaka dan Bungamuda di Kecamatan Ile Ape.* Teddi Lagamaking
Editor: Larens Leba Tukan