Asap Putih di Langit Roma, Amerika di Takhta Suci

424
Paus Leo ke XIV sesaat setelah diumumkan menjadi Paus ke 267 di balkon utama Basilikan Santo Petrus, Vatican, Roma, Kamis (8/5/2025). Foto: tangkapan layar vaticanmedialive

Setelah tiga putaran konklaf, Kardinal Robert F. Prevost terpilih menjadi Paus Leo XIV. Dunia menyambut sang penerus takhta Santo Petrus.

VATICANCITY,SELATANINDONESIA.COM – Udara Roma masih hangat ketika cerobong Kapel Sistina menghembuskan asap putih, Kamis (8/5/2025) pukul 18.15 waktu setempat. “Hidup Paus!” teriak massa di Alun-alun Santo Petrus dilansir dari Kompas.id. Suara lonceng basilika berdentang panjang, melintas di atas lautan manusia yang datang dari lima benua. Dunia kembali punya pemimpin spiritual Gereja Katolik: Paus ke-267, penerus takhta suci Santo Petrus.

Seruan membahana dari ribuan peziarah di Alun-alun Santo Petrus: “Habemus Papam!” kita punya Paus. Dunia bersorak, Gereja Katolik akhirnya memiliki pemimpin baru setelah tiga putaran konklaf yang berlangsung intens dan tertutup.

Beberapa menit berselang, di balkon utama Basilika Santo Petrus, Kardinal Protodiakon muncul. Dengan suara lantang, ia menyampaikan kabar yang mengejutkan dan bersejarah: terpilih sebagai Paus ke-267 adalah Kardinal Robert Francis Prevost, O.S.A., pria kelahiran Chicago, Amerika Serikat. Sang Paus baru memilih nama Leo XIV, menghormati semangat reformasi dan keterbukaan seperti yang dulu diusung Paus Leo XIII di abad ke-19.

Lautan manusia di Vatikan sontak bergemuruh. Nama Leo XIV langsung jadi sorotan. Paus baru itu bukan saja berasal dari Negeri Paman Sam, salah satu negara yang selama ini lebih dikenal sebagai raksasa politik dan ekonomi, tetapi juga dikenal sebagai teolog yang dekat dengan isu keadilan sosial dan reformasi struktural dalam Gereja.

Setelah terpilih, Leo XIV dibawa ke Stanza del Pianto, bilik airmata di Kapel Sistina, tempat para Paus baru menanggalkan identitas lamanya. Di sana, ia menepi dari sorot dunia sejenak dan berdoa, mengenakan jubah putih, dan memilih nama kepausan yang akan dikenang oleh sejarah.

Saat muncul di balkon untuk menyampaikan berkat Urbi et Orbi, senyumnya tenang, suaranya bersahaja. “Semoga Tuhan memberkati kalian semua,” ucapnya dalam bahasa Italia yang fasih. Bendera-bendera dari berbagai negara berkibar di tengah lambaian tangan para peziarah yang tak henti memekik gembira.

Paus Leo XIV menggantikan mendiang Paus Fransiskus yang wafat 21 April lalu. Ia mewarisi Gereja yang tengah berjuang menjembatani spiritualitas di era modern, menata ulang relasi antariman, dan menghadapi krisis kepercayaan internal yang belum sepenuhnya pulih.

Terpilihnya seorang Paus dari Amerika Serikat bukan hanya simbol baru bagi Gereja, tetapi juga penanda pergeseran orientasi global Katolik yang semakin meluas dari pusat-pusat lama di Eropa menuju dunia baru.

Dalam sunyi yang mengental seusai pesta malam itu, satu pesan menjadi terang: semangat pembaruan Gereja masih menyala. Dan kini, api itu berpindah ke tangan Paus Leo XIV—seorang Augustinian yang menghidupkan harapan akan Gereja yang mendengar dunia, sekaligus tetap setia pada akarnya.*/Vatican media live

Center Align Buttons in Bootstrap