Nestapa di Ladang Timur, Misi Kemandirian Pangan di Pundak Gibran

23
Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka ketika mengunjungi para petani di Desa Baumata Utara, Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang, NTT, Rabu (7/5/2025). Foto: BPMI

Wakil Presiden menyusuri sawah dan mendengar keluhan petani NTT. Misi Presiden Prabowo untuk kemandirian pangan dimulai dari pinggiran.

KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Dua hari terakhir, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka tak banyak terlihat di kantor. Alih-alih berkutat dengan berkas kenegaraan, ia memilih menapaki jalur berbatu menuju Desa Baumata Utara, Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pagi yang cerah itu, deretan petani menyambutnya dengan keluh dan harap.

“Kami butuh air, Pak,” kata salah satu petani, sembari menunjuk lahan kering yang mengelupas. Yang lain menyebut soal pupuk, bibit, hingga harga gabah yang belum menentu. Di sinilah Gibran duduk bersila, membuka catatan, dan mulai mencicil jawaban dari segudang persoalan.

“Aspirasi ini penting, karena arahan Bapak Presiden Prabowo sangat jelas: swasembada pangan bukan sekadar cita-cita, tapi harus kita wujudkan dari lapangan,” kata Gibran dalam dialog terbuka yang berlangsung di balai desa.

Ia tak sendiri. Menteri Pertanian Amran Sulaiman yang dikenal aktif “berkantor di sawah”, turut mendampingi. Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena juga hadir, bersama Bupati Kupang Yosef Lede dan jajaran kementerian serta direksi PT Pupuk Indonesia.

Dari data Dinas Pertanian setempat, Kecamatan Taebenu menyimpan potensi besar. Tercatat 110 kelompok tani aktif, termasuk 12 kelompok di Desa Baumata Utara, menggarap lahan padi, jagung, dan hortikultura. Rata-rata hasil padi mencapai 5,5 ton per 10 hektare. Angka yang cukup menjanjikan di tengah keterbatasan air dan sarana produksi.

Namun, sebagaimana wilayah agraris lain di kawasan timur Indonesia, infrastruktur irigasi menjadi batu sandungan utama. Gibran mengakui, dari tiga bendungan yang dijadwalkan dikunjungi, hanya dua yang berhasil ia tinjau karena keterbatasan waktu. “Soal air, Pak Menteri akan cari jalan keluarnya. Kita tidak akan diam,” ujarnya.

Sebagai langkah konkret, Wapres menyerahkan sejumlah bantuan alat dan mesin pertanian: hand traktor, pompa air, sprayer, hingga traktor roda empat. Semua diarahkan untuk mempercepat mekanisasi dan menurunkan beban kerja petani.

Kunjungan ini bukan sekadar seremonial. Di balik sorotan kamera dan sambutan hangat, terselip strategi besar, membalik ketimpangan distribusi pembangunan sektor pertanian yang selama ini condong ke barat. Prabowo, sebagaimana disampaikan Gibran, ingin pangan tidak lagi bergantung pada impor. Dan NTT, dengan lahan-lahan luas serta semangat petani yang tak padam, menjadi ladang pertama di mana kebijakan itu diuji.

“Petani akan dimanjakan lima tahun ke depan,” kata Gibran, dengan nada optimistis yang khas anak muda. “Tapi jangan diam. Sampaikan semua ke menteri, gubernur, atau bupati. Pemerintah hadir, tapi suara kalian yang jadi kompas.”

Dari ujung Timur Indonesia, strategi pangan nasional tengah dirajut. Dimulai dari ladang kecil yang belum sepenuhnya subur, namun menyimpan potensi besar untuk memberi makan bangsa. */)BPMI & Biro AdmPimNTT/laurens leba tukan

 

Center Align Buttons in Bootstrap