MENGAPA GEREJA MATI-MATIAN MILIKI NANGAHALE???

412
Perkebunan kelapa di Nangahale. (Martin Elvanyus De Porres/floresa.co)

Oleh P. Dr. Alexander Jebadu SVD, Dosen IFTK Ledalero

Para konfrater/rekan-rekan dosen/ sdr/i sekalian yg terkasih.

Maaf. Masih lanjutkan cuap-cuap soal tanah HGU Nangahale.

Sejak Minggu lalu banyak orang melontarkan pertanyaan macam-macam.

Antara lain: mengapa Gereja mati-matian pertahankan tanah Nangahale? Atau untuk apa Gereja miliki tanah besar-besar seperti itu? Untuk Gereja berbisnis?

Bahkan bebarapa pastor SVD yang sedang misionaris di luar negeri ikut juga bertanya: mengapa kita miliki tanah HGU Patiahu kalau memang tanah itu bermasalah? Tidak ada alternatif lain lagi kah un%tuk bisa hidup?

Nah, sebagai seorang yang studi teologi misi Gereja saya tanggapi sebisa saya.

———

Kalau kita perhatikan, dan kalau kita belajar sejarah masa lalu, sepak terjang karya misi Gereja dulu itu sangat diwarnai oleh ETOS (=semangat, spirit) bangsa dari mana misionaris Gereja itu datang dari Eropa.

Serikat misi Gereja yang lahir di Spanyol dan Portugal misalnya sangat kuat devosi-devosi  termasuk devosi kepada santu santu. Patung-patung didirikan di mana-mana. Sedangkan misi di bidang sosial ekonomi dangan beli tanah, buka sawah, buka sekolah tukang kayu, sekolah peternakan itu kurang dapat penekanan.

SVD yang lahir di Jerman, sangat berbeda dengan tarekat-tarekat  lain di dalam Gereja Katolik.

SVD didirikan oleh pendiri orang Jerman di negara Jerman yang SDA dan SDM-nya sudah tinggi dari dulu,  dan umatnya sangat dermawan dari kelimpahan mereka.

Bapa Arnoldus Janssen, sambil tetap berprinsip “untuk keperluan misi uang ada di saku umat”, juga telah didik tarekat SVD sejak awal supaya kuat ” self-suffience” alias harus tetap kuat usaha sendiri juga (kemandirian).

Karena etos inilah, tidak sperti tarekat-tarekat lain dalam Gereja Katolik, Bapa Arnoldus Janssen selalu dirikan pusat biara atau pusat misi SVD di TENGAH HUTAN di mana tanah masih murah dan luas untuk tanam ubi sendiri, tanam sayur sendiri, tanam jagung sendiri, piara babi sebdiri, sapi sendiri, kambing, ayam sendiri dan telur ayam sendiri  untuk biaya misi penginjilan termasuk untuk makan minum para calon misionaris tarekatnya.

Itu sebanya, pusat misi di Jerman St Arnoldus Jannaeb tidak dirikan di tengah Kota Berlin, di Kota Bonn atau Kota Koln  tapi ia pilih HUTAN di antara Kota Bonn dan Kota Koln yaitu tempat yang saat ini menjadi SANK AGUSTIN.

Hal yang sama dengan Techny sebagai pusat rumah misi SVD di AS tidak pilih kota Chicago (kota besar kedua di AS stelah New York tapi pilih TECHNY sebuah tempat hutan saat itu yang letaknya 30 km di luar kota Chicago), Seminari Tinggi pertama di Flores tidak pilih kota Bajawa tapi pilih Hutan Mataloko,  tidak pilih Maumere tapi pilih Nita di Ledalero, untuk Seminari menengah  tidak pilih kota sumpek Larantuka tapi pilih Hutan luas di Hokeng, tidak pilih Atambuat tapi pilih hutan Lalian/ Nenuk, tidak pilih kota Ruteng tapi pilih hutan lembah Kisol dstnya.

Tujuannya apa? Jawabannya adalah untuk dapat tempat luas untuk tanam ubi dan piara babi, sapi serta ayam sendiri untuk biaya karya misi Allah sambil harapkan hati dermawan dari umat.

Tanah Nangahale dan Patiahu, sebelum menjadi tanah HGU setelah Indonesia merdeka tahun 1945, dibeli SVD dengan uang GULDEN (mata uang Belanda waktu itu) dari perusahaan  Belanda untuk kepentingan missio Dei / misi Allah.

Tanah Nangahale dibeli untuk tanam Ubi dan piara babi, sapi dan ayam untuk suplai sendiri makan minum bagi para calon missionaris imam diosesan se nusatenggara di Ritapiret dan tanah Patiahu dibeli dari perusahaan Belanda untuk tanam ubi, piara sapi, babi dan ayam untuk isi usus 🤣🤣  alias untuk suplai makan minum dari  para calon missionaris  SVD bagi misi  Gereja sedunia) di LEDALERO.

Dari studi tentang model karya misi tarekat-tarekat religius, hanya SVD yang punya strategi misi seperti ini yang diwariskan dari St Arnoldus Janssen.

Sewaktu St Arnoldus Janssen cari tempat untuk rumah student SVD Jerman yang mau studi teologi di Kota Roma, banyak orang tawarkan rumah di sekitar Vatikan. Bapa Arnoldus tidak mau. Sebaliknya dia pilih lahan luas di hutan yang berada di luar tembok kuno kota Roma (FUORI DI MURO) yang menjadi Pusat Jenderalat SVD sekarang ini.

Di Roma, mungkin hanya SVD saja yang mempunyai rumah dengan pekarangan yang luas sampai ada hutan cemara di sekelilingnya dan dilindungi sebagi salah satu paru-paru kota Roma.

Ini hasil dari Otak Jenius seorang putera Jerman St Arnoldus Janssen dan diikuti oleh SVD anak buahnya sewaktu mereka bermisi di seluruh dunia termasuk di Flores, termasuk di Maumere, dengan beli tanah Nangahale dan tanah Patiahu yang dijual oleh penjajah Belanda kala itu untuk suplai makan minum para calon missionaris di Ritapiret dan di Ledalero yang nanti Melayani umat Allah.

Romo-romo SVD dan Romo-romo di Flores yang anda kenal dan sedang layani anda telah diberi makan PERUTNYA oleh tanah Nangahale dan Patiahu yang diberi oleh SVD anak buah St Arnoldus Janssen dari Jerman.

Dan ini INI BUKAN BISNIS  seperti yang dituduhkan atau disalahmengerti oleh banyak orang.

Sebaliknya, ini karya Misi keselamatan dari Allah via SVD – via Gereja termasuk saat ini via Gereja Keuskupan Maumere.

Yang persoalkan tanah HGU Nangahale dan Tanah HGU Patiahu lawan karya Allah sendiri. Hati-hati!!

Semua Umat Katolik, pater-pater dan romo-romo Gereja Nusa Tenggara seharusnya BERSYUKUR dan BERTERIMAKASIH karena Gereja Katolik Nusa Tenggara telah dibangun, didesain dan diletakkan dasar-dasarnya oleh sebuah tarekat misi dengan ETOS misi Gereja Jerman via seorang puteranya yaitu St Arnoldus Janssen. Jangan menjadi seprti kacang lupa kulit. Terkutuk nanti. Ingat kacang yang sombong lupa kulitnya sendiri lalu tinggal di dalam karung akan dimasak jadi sayur. Karena itu, Hati-hati.

Terima kasih.*/1/2/2025

Center Align Buttons in Bootstrap