Usung Hilirisasi Non Tambang, MELKI-JOHNI Siap Hadirkan Industri Pengolahan Komoditi di SBD

50
Calon Gubernur NTT nomor urut 2, Emanuel Melkiades Laka Lena ketika menggelar kampanye pertemuan terbatas bersama Masyarakat di Aula Fortuna, Desa Rada Mata, Kecamatan Kota Tambolaka, Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), Rabu (9/10/2024). Foto: SelatanIndonesia.com/Laurens Leba Tukan

TAMBOLAKA,SELATANINDONESIA.COM – Program hilirisasi non tambang jadi focus utama pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena dan Johni Asadoma. Paslon nomor urut 2 dengan sandi politik MELKI-JOHNI ini bakal menghadirkan industeri pengolahan komoditi masyarakat Sumba Barat Daya (SBD).

Calon Gubernur Provinsi NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena mengatakan itu ketika menggelar kampanye pertemuan terbatas bersama Masyarakat di Aula Fortuna, Desa Rada Mata, Kecamatan Kota Tambolaka, Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), Rabu (9/10/2024).

Ketika tiba di lokasi, Melki Laka Lena yang didampingi Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar, Dr. Umbu Kabunang Rudiyanto dan rombongan disambut antusias ratusan warga dengan tarian adat Sumba, Talakako. Turut mendampingi Melki Laka Lena sekretaris Tim Pemenangan MELKI-JOHNI Reni Marlina Un, Shinta Maku Djawa dan Novembrianus Rihi serta pimpinan partai koalisi pengusung MELKI-JOHNI tingkat Kabupaten Sumba Barat Daya.

Melki Laka Lena, pada kesempatan itu memaparkan visi misi dan program kerja untuk membangun daerah, jika diberi mandat oleh rakyat memimpin Nusa Tenggara Timur lima tahun kedepan.

Menurut Melki Laka Lena, masyarakat NTT, khususnya di Sumba Barat Daya harus mendukung program hilirisasi sumber daya lokal di berbagai sektor, seperti perikanan, peternakan dan perkebunan.

“Kita upayakan semua hasil bumi dari bapak,mama di SBD jangan dijual secara mentah. Kita ingin dorong agar semua hasil masyarakat harus diolah dulu baru dijual,” jelas Melki Laka Lena.

Wakil Ketua Umum DPP Golkar ini memastikan akan berusaha menghadirkan industri pengolahan untuk memudahkan produksi hasil bumi masyarakat yang ada di Sumba Barat Daya. “Nanti kita usahakan industri pengolahan di Sumba Barat Daya ini. Jadi semua hasil bumi harus diproduksi dengan baik sesuai BPOM,” terangnya.

Karena, kata Melki, hampir semua masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Timur lebih cenderung menjual hasil bumi mentah, ketimbang diolah terlebih dahulu sebelum dijual. “Kita ini paling suka jual pisang, kemudian beli pisang goreng, atau jual ubi baru beli keripik ubi. Padahal kita bisa buat sendiri. Jadi sebaiknya kita olah dulu baru dijual,” ujarnya.*/)Eman Krova/Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap