WAIBAKUL,SELATANINDONESIA.COM – Tiga topik utama menjadi fokus dalam Rapat Kerja (Raker) Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Bunbgtilu Laiskodat bersama seluruh Kepala Desa, Camat dan Pimpinan OPD di Kabupaten Sumba Tengah.
Ketiga topik itu adalah penanganan stunting, kemiskinan ekstrim dan pengendalian inflasi. “Kita ini harus bertekad kuat bahwa melakukan pekerjaan untuk membangun daerah dan kesejahteraan masyarakat maka targetnya adalah ada hasil yang jelas dan nyata serta ada manfaat besar. Saya tekankan jangan kerja asal-asalan,” tegas Gubernur Laiskodat dalam Raker yang digelar di Aula Puspas Katikuloku, Desa Matawoga, Kecamatan Katiku Tana, Kabupaten Sumba Tengah, Minggu (09/10/2022).
Gubernur Laiskodat mengatakan, semua yang hadir ini adalah pemimpin di tengah masyarakat. Maka itu, semua harus punya visi yang jelas dan kerja nyata, dan gencar melakukan pemberdayaan masyarakat dengan program pembangunan terkhususnya dalam penanganan stunting, kemiskinan ekstrim dan pengendalian inflasi.
“Saya senang juga karena stunting di NTT saat ini sudah turun hingga 18 %. Apresiasi untuk Pemkab Sumba Tengah atas capaian penurunan angka stunting sekarang. Saya mau agar angka stunting ini harus terus kita turunkan. Walaupun tercatat sebagai salah satu kabupaten miskin di NTT tetapi saya lihat mulai bertumbuh perlahan,” ujarnya.
Gubernur Laiskodat menambahkan, tahun depan Indonesia dan juga NTT masuk dalam krisis pangan dan energi. “Bapak Presiden meminta para Gubernur untuk melakukan percepatan pembangunan dalam kesiapan menghadapi krisis pangan dan energi tersebut. Maka itu saya terus melakukan rapat kerja di setiap kabupaten agar kita ada dalam satu kesatuan Gerakan,” ujarnya.
Setiap pemimpin di kabupaten mulai dari Bupati bersama Wakil Bupati, Sekda, Asisten, Pimpinan Perangkat Daerah, Camat, Lurah dan Kepala Desa harus menjadi tim yang solid dalam pembangunan, untuk menggerakan program kerja dilapangan bersama masyarakat terkhususnya dalam pengembangan sektor pertanian, peternakan, perikanan, pariwisata dan lainnya.
Disebutkan, Alokasi Dana Desa untuk BLT itu tidak harus sampai 40%. “Bisa juga kita masukan dalam program TJPS dan ini kita lakukan untuk membantu menekan angka kemiskinan asalkan masyarakat mau ikut bekerja dalam program TJPS ini. Anggaran dari dana desa juga bisa kita masukan dalam pemberdayaan masyarakat seperti pengembangan hortikultura seperti cabe dan bawang dan ini akan sangat membantu dalam pengendalian inflasi,” katanya.
Ia menghimbau agar memmanfaatkan dengan baik semua lahan yang dimiliki sehingga produktifitas bisa maksimal. “Dalam menghadapi krisis pangan bukan hanya produktifitas beras saja tetapi juga dengan pengembangan sorgum yang diminta langsung Bapak Presiden untuk dikembangkan lebih lanjut di NTT,” ujarnya.
Rapat kerja dihadiri Wakil Bupati Sumba Tengah Ir. Daniel Landa, Ketua DPRD Tagela Ibisola, Sekretaris Daerah Umbu Eda Pajangu, Direktur Utama Bank NTT Harry Alexander Riwu Kaho, Pimpinan OPD lingkup Pemerintah Provinsi NTT, para Staf Ahli Bupati, para Asisten pada Setda Kabupaten Sumba Tengah, Pimpinan Perangkat Daerah lingkup Kabupaten Sumba Tengah, para Camat, para Kepala Desa, Kepala Bank NTT Cabang Anakalang, Pabung Kodim1613 Sumba Barat, Kapolsek Katiku Tana dan Komandan Kompi 3 Batalyon C Pelopor Sumba Tengah serta undangan lainnya.
Usai melakukan rapat kerja, Gubernur NTT dan rombongan melakukan kunjungan lapangan pada 3 lokasi yakni Penananam cabai milik kelompok tani Syalom dan Namu Kimanyuma berlokasi di Marada Bakul seluas 5 ha di Desa Umbu Pabal Selatan, Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat.
Juga peresmian Be Ju Bisa agen Laku Pandai Bank NTT pada kios Malangu Dewa di Desa Wailawa, Kecamatan Katiku Tana Selatan. Serta penanaman jagung milik Kelompok Tani Rita Paita seluas 25 ha di Desa Dameka, Kecamatan Katiku Tana Selatan.*/)TimMediaVBL
Editor: Laurens Leba Tukan