KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Rencana Pemerintah Provinsi Nusa Teggara Timur (NTT) melakukan konservas di Taman Nasional Komodo, Kabupaten Manggarai Barat mendapat dukungan penuh dari ASEAN dan Seychelles.
Dukungan tersebut terungkap dalam pertemuan antara Wakil Gubernur NTT Josef A. Nae Soi dengan Sekretaris Jenderal ASEAN, Dato Lim Jock Hoi dan utusan khusus Presiden Seychelles Nico Barito di Ruang Rapat Gubernur NTT, Gedung Sasando Kantor Gubernur NTT, Kamis (18/08/2022).
Pertemuan tersebut membahas tentang Blue Economic, yaitu sebuah konsep dalam mewujudkan keseimbangan ekosistem kelautan, yaitu menjaga kelestarian ekologi dan peningkatan ekonomi masyarakat, peningkatan kualitas SDM dan juga kebijakan konservasi Taman Nasional Komodo.
Hadir mengikuti pertemuan tersebut, Delegasi dari Sekretariat ASEAN; Deputi Sekretaris Jenderal ASEAN Robert Matheus Michael Tene, delegasi Tingkat Tinggi negara-negara anggota ASEAN masing-masing Perwakilan Tetap Kamboja untuk ASEAN Yeap Samnang, Deputi Indonesia Yth Bantan Nugroho, Perwakilan Tetap Laos untuk ASEAN Bovonethat Douangchak, Deputi Perwakilan Myanmar untuk ASEAN Aye Thinzar Aung.
Turut hadir dari Sekretariat ASEAN Wakil Direktur Vong Sok dan Wakil Direktur Lathifahaida Binti Abdul Latif. Hadir pula pejabat senior Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, Kusdiantoro selaku Sekretaris Badan Riset dan SDM Kelautan Perikanan.
“Saya menyambut gembira kehadiran Bapak Sekjen ASEAN dan Bapak Utusan Khusus Presiden Seychelles di NTT, yang dikenal sebagai New Tourism Territory. Pilihan berkunjung ke NTT merupakan sebuah pilihan yang tepat, karena bapak dan ibu sekalian telah turut berperan aktif dalam kampanye Go to East, memperkenalkan NTT yang kaya akan berbagai sumber daya alam yang eksotik dan potensial untuk dikembangkan, termasuk mendukung pengembangan Blue Economy di NTT,” sebut Wagub Nae Soi.
Dikatakan, Pemerintah Provinsi NTT telah memilih Pariwisata sebagai Prime Mover pembangunan ekonomi, karena faktanya NTT memiliki destinasi wisata super premium, yaitu Labuan Bajo, Manggarai Barat. “Kita juga memiliki sumber daya kelautan dan perikanan, karena laut NTT yang sangat luas dengan berbagai kekayaan yang ada didalamnya. Kita juga memiliki satwa purba Komodo, satu-satunya di dunia, cuma ada dki NTT, tepatnya di TNK, Kabupaten Manggarai Barat, yang sementara dikonservasikan, khususnya di Pulau Komodo dan Pulau Padar serta kawasan perairan sekelilingnya”, ungkap Wagub Nae Soi.
Politisi senior Partai Golkar ini memohon perhatian dan dukungan dari semua delegasi Tingkat TInggi ASEAN yang hadir, serta Pemerintah Republik Seychelles untuk mendukung pengembangan Blue Economy dan upaya konservasi TNK yang sedang dilakukan oleh pemerintah.
“Atas nama masyarakat dan Pemerintah Provinsi NTT, saya mengajak bapak dan ibu sekalian untuk kita terus berkolaborasi membangun ASEAN, dimulai dari Indonesia dan dari NTT. Sehingga, kita semua dapat menikmati kemajuan dan kesejahteraan bersama dalam satu kawasan. Walaupun kita berbeda-beda, tetapi perbedaan tersebut sebenarnya menjadi modal utama untuk terus menggalang kerjasama yang saling melengkapi dan menguntungkan demi kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Wagub Nae Soi mengajak semua yang hadir untuk perlu mendesain sebuah model pengembangan kawasan yang strategis untuk pengembangan ekonomi biru yang lebih terarah untuk mencapai tujuan bersama yaitu kemakmuran bersama. “NTT memiliki banyak sekali destinasi eksotik, yang pantas dan layak untuk dikunjungi tetapi lebih dari itu, punya potensi lebih untuk dikembangkan dalam konsep ekonomi biru. Dalam korelasi dengan sektor pariwisata dan sektor kelautan, ada Mulut Seribu di Kabupaten Rote Ndao, Riung di Kabupaten Ngada, dan tentunya Labuan Bajo sebagai Destinasi Super Premium di Indonesia, serta sejumlah destinasi wisata maritim yang dimiliki NTT,” ujarnya.
Mantan Anggota Fraksi Golkar DPR RI dua periode ini menyampaikan apresiasi dan terima kasih yang tulus kepada negara-negara ASEAN, yang telah mendukung konservasi yang telah dilaksanakan di TNK, khususnya di Pulau Komodo dan Pulau Padar, NTT. “NTT memiliki potensi luas laut sebesar kurang lebih 200 ribu km². Didalamnya terdapat keanekaragaman potensi ikan tuna, cakalang, kerapu, dan potensi perikanan lainnya. Kami memiliki garis pantai 5.700 km yang memiliki potensi pengembangan budi daya rumput laut dan pariwisata. NTT juga punya potensi budi daya air tawar seluas 51 ribu 870 hektar,” jelasnya.
Tidak hanya itu, Wagub Nae Soi menambahkan, NTT juga memiliki kawasan konservasi perairan yang sangat luas. Untuk destinasi wisata, NTT memiliki 655 destinasi wisata alam, 597 destinasi wisata budaya dan 139 destinasi wisata khusus. “Untuk mengelola semua potensi yang dimiliki, khususnya potensi perairan dan pariwisata yang sangat sangat prospektif ini, kita perlu mempersiapkan SDM yang unggul, serta membentuk strategi pembangunan pariwisata dan manajemen pengelolaan laut yang professional, tentunya juga melalui program Blue Economic”, urai Wagub Nae Soi.
Pada bagian lain dalam pertemuan tersebut, isu tentang Konservasi Taman Nasional Komodo juga mendapatkan perhatian khusus dalam pertemuan pagi tadi, dimana Sekretaris Jenderal ASEAN, Dato Lim Jock Hoi dan Utusan Khusus Presiden Seychelles, Nico Barito, juga memberikan dukungan penuh terhadap upaya konservasi yang tengah dilakukan di Taman Nasional Komodo demi tetap melestarikan ekosistem serta menjaga eksistensi Komodo sebagai salah satu satwa purba di dunia yang adanya cuma di NTT, yang populasi terancam punah.
“Kami sangat mengapresiasi langkah-langkah konstruktif dari Pemerintah Provinsi NTT, untuk menjaga ekosistem dan habitat komodo melalui konservasi. Ini adalah hal yang sangat baik untuk mempertahankan kelestarian komodo itu sendiri. Termasuk semua upaya dari pemerintah untuk menjaga keseimbangan ekosistem perairan di seputar kawasan konservasi” ungkap Dato yang telah menjabat Sekjen ASEAN sejak awal tahun 2018.
Putera asli Brunei Darussalam ini juga mengatakan bahwa negara-negara ASEAN telah menyetujui untuk meningkatkan kerjasama antara satu sama lain dalam Blue Economy terutama dalam mengurangkan marine debris.
“NTT adalah contoh yang baik serta model yang boleh dipelajari oleh anggota negara ASEAN. Kami bersedia untuk memperluaskan kerjasama dalam blue economy bersama NTT”, ungkap Dato yang akan mengakhiri tugasnya sebagai Sekjen ASEAN akhir tahun ini.
Utusan Khusus Presiden Seychelles, Nico Barito menyampaikan bahwa para pemimpin juga harus mempunyai kesadaran untuk membangun pariwisata jangka panjang, sehingga bisa mendukung apa yang dikatakan sebagai sustainable development.
“Kita juga harus melakukan program pertukaran dan pelatihan SDM. Ekonomi Biru (blue economic) memberikan konsep yang berupaya mewujudkan keseimbangan antara dua aspek yang terkait dalam ekosistem kelautan yaitu menjaga kelestarian ekologi dan peningkatan ekonomi. Seychelles merupakan contoh yang baik, dimana NTT harus belajar dalam conservation dan preservation of marine eco system dan memlih tourism yang leboh prospektif”, jelas Nico.
Lebih jauh, Duta Besar Seychelles untuk RI ini juga menyatakan bahwa NTT dan Seychelles sudah lama menjajaki kerja sama dan inilah waktu yang tepat segera merealisasikannya demi kesejahteraan masyarakat itu sendiri.
Turut hadir pada kesempatan tersebut Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Ganef Wurgiyanto, Asisten III Bidang Administrasi Umum sekaligus Plt. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Provinsi NTT Semuel Halundaka, Kadis Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT Dr. Z. Sony Libing, Kadis PUPR Maksi Nenabu, Plt. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT George Hadjoh, Kepala Biro Perekonomian dan Administrasi Pembangunan diwakili oleh Koordinator Substansi Administrasi Pembangunan Alexander B. Koroh, Kabid Pemasaran pada Dinas Pariwisata dan Ekraf Provinsi NTT Alfons Ara Kian, Sekretaris Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT Ani Boro, Ketua Umum KADIN NTT Bobby Liyanto, Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan Aris Widagdo, dan Kepala Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Bolok Marcus Samusamu.*/)BiroApim/France A. Tiran
Editor: Laurens Leba Tukan