LEMBATA,SELATANINDONESIA.COM – Kasus penyegelan gedung sekolah kembali terjadi di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT). Adalah SDI Ilowutung di Desa Lamalela, Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata terpaksa disegel oleh tukang bangunan hanya karena upah pekerjaan mereka belum dibayar.
Peristiwa penyegelan ini sudah berlangsung selama delapan bulan sehingga siswa terpaksa mengikuti KBM di emperan kelas.
Menurut Yosep Ado Tereng, Kepala Sekolah SDI Ilowutung, gedung sekolah tersebut sudah disegel sejak bulan Januari 2022. Alasannya karena pihak kontraktor yang merehab gedung sekolah itu belum membayar upah para tukang, termasuk biaya material milik warga.
Akibat dari itu, sebanyak 31 siswa dan 8 orang guru masih melakukan aktivitas belajar mengajar di emperan kelas.
“Biaya upah tukang yang belum dibayar oleh kontraktor mencapai Rp 73 juta lebih,” ungkapnya, Rabu (3/8/2022).
Menurutnya, semua upaya sudah dilakukan agar siswa tidak jadi korban termasuk berkomunikasi dengan kepala desa, pemerintah daerah dan pihak kontraktor yang ada di Kupang, akan tetapi tidak membuahkan hasil.
“Kita sudah tidak bisa hubungi kontraktor. Nomornya sudah tidak aktif lagi,” ungkap Yosep.
Dihubungi terpisah pada Rabu (3/8/2022), Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lembata Anselmus Bahi mengaku sudah mengetahui informasi tersebut.
Dia juga sudah meminta kepala sekolah berkomunikasi dengan kepala desa dan para tukang supaya bisa membuka ruang kelas yang disegel.
Pasalnya, peserta didik yang bersekolah di sana juga merupakan anak dari para tukang yang menyegel gedung sekolah tersebut. “Kita lakukan pendekatan persuasif agar siswa tak dikorbankan,” terangnya.
Anselmus sendiri mengira masalah ini sudah selesai namun ternyata masih berlanjut sampai sekarang. Ia menyebut, beberapa waktu lalu Kepala SDI Ilowutung sudah bertemu dengannya lagi.
Pekan depan Anselmus akan pergi ke desa Lamalela, bertemu langsung dengan para tukang supaya gedung sekolah yang baru direnovasi itu bisa dibuka untuk kepentingan pendidikan anak-anak di sana.
Ia akan berkomunikasi dengan semua pihak supaya para siswa dan guru bisa kembali melakukan aktivitas belajar mengajar di dalam ruang kelas.
Sejak masalah ini mencuat, Anselmus juga sudah berkoordinasi dengan Dinas PUPR Kabupaten Lembata, PPK yang ada di Kupang dan pihak kontraktor.
Seperti pengakuan kepala sekolah, Ansel menuturkan, pihak kontraktor juga sudah tidak bisa dihubungi lagi dan dikabarkan memilih kabur. Proyek rehab sekolah tersebut merupakan program Kementerian PUPR memakai dana APBN murni.
Data yang dihimpun media, kasus serupa juga terjadi di SD Inpres Atalojo, SDI Paulolo dan SDI Ile Kimok di Kecamatan Atadei. Para tukang bangunan menyegel gedung sekolah yang mereka kerjakan karena upah mereka belum lunas dibayar oleh kontraktor.
Kepala Dinas Pendidikan Anselmus Bahi pun harus turun tangan untuk menuntaskan persoalan di tiga sekolah tersebut.*/)Tedy Lagamaking
Editor: Laurens Leba Tukan