Hilang Arsip, Hilang Budaya dan Sejarah

217
Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat ketika menerima Sekretaris Utama Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Rini Agustiani, SH, M. AP di ruang kerjanya, Selasa (19/7/2022). Foto: BiroApim/Amanda Kepa

KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Keberhasilan seorang pemimpin mesti banyak belajar dan paham tentang sejarah. Dan sejarah itu bersumber dari dokumen arsip yang otentik, jelas dan tertata kronologis.

“Sebagai pemimpin yang bijak, sebenarnya arsip sangat penting untuk menjadi pedoman untuk belajar dari sejarah masa lalu dan arah pembangunan masa depan. Arsip tidak ada, maka sejarah menjadi kabur,” sebut Gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Bungtilu Laiskodat ketika menerima Sekretaris Utama Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Rini Agustiani, SH, M. AP di ruang kerja Gubernur Laiskodat, Selasa (19/7/2022).

Menurut Gubernur Laiskodat, sejarah masa lalu sangat penting, sebagai referensi dalam mengambil kebijakan pembangunan serta langkah-langkah strategis melalui arsip. Baginya, seorang pemimpin harus paham arsip. Jika tidak ada arsip, bisa jadi untuk menentukan masa depan, langkah-langkah yang diambilpun akan penuh keragu-raguan.

“Arsip tidak ada, berarti sejarahpun tidak ada. Saya dulu di Komisi II DPR RI, dan mitra kerja kami salah satunya dengan ANRI. Saya tahu betul. Dan ini soal membangun mindset yang benar. Sejarah identik dengan arsip. Kehilangan arsip, berarti kita kehilangan budaya, memori dan sejarahnya sendiri. Kan banyak sekali kita punya arsip-arsip yang hilang, oleh karena pemahaman kita belum sampai pada level itu,” sebut Gibernur Laiskodat.

Mantan Ketua Fraksi NasDem DPR RI ini mengatakan, masih banyak orang yang mengabaikan betapa penting adanya arsip. Salah satu pemahaman yang salah juga, bahwa kalau orang yang ditempatkan bekerja di arsip, maka pikiran dari orang itu menjadi terbuang. “Itu cara berpikir yang salah. Harus dirubah cara berpikir itu,” tegasnya.

Disebutkan, pada tahun 1939, NTT pernah diserang dengan badai seroja seperti yang terjadi pada April tahun lalu. Saat badai seroja terjadi tahun lalu, ia meminta dokumen sejarah tentang peristiwa yang sama di tahun 1939, namun sayangnya arsip tentang kejadian tersebut tidak ditemukan.

“Oleh sebab itu, Badai Siklon Tropis Seroja tahun lalu, saya minta didokumnetasikan dengan baik. Ini penting agar kalau kita mengalami kejadian yang sama lagi, kita tidak kelabakan. Kita sudah bisa belajar dari pengalaman masa lalu dalam menangani badai siklon seroja ataupun sejenisnya, melalui ketersediaan bukti – bukti dokumnetasi arsip yang tertata dan tersimpan dengan baik,” katanya.

Gubernur Laiskodat mengatakan, jaman sekarang manusia paling sulit untuk menghargai sebuah karya, untuk dibuat menjadi dokumen penting, agar bisa diikuti dan dipelajari oleh generasi yang akan datang.

“Begitupun pada saat saya terkena Covid, saya  belajar saat virus yang sama terjadi di Spanyol  tahun 1918, saya belajar mencari semua dokumen tentang Covid waktu itu. Bagaimana dampak sosial dari Covid, negara mana saja yang survive pada saat itu, dan apa yang harus dilakukan. Nah, kita perlu belajar dari sejarah masa lampau, sehingga kalau terjadi lagi kita sudah tahu bagaimana menanganinya, dan mengatasinya, tentu melalui adanya arsip,” sebutnya.

Salah satu pendiri Partai NasDem ini menambahkan, jika arsip ditata dengan baik, apalagi melalui sistem digitalisasi, maka akan sangat berguna sekali untuk generasi akan datang, generasi pada 100 tahun, 200 tahun dan seterusnya.

“Jadi begitu ada masalah, kita bisa belajar memecahkan masalah yang dihadapi dari arsip. Kalau bisa mengarsipkan sebuah peristiwa dengan baik, kita pahami dan kuasai arsip tersebut dengan benar, maka kita pasti akan tahu sejarah. Sejarah berguna sebagai pedoman untuk mengambil solusi menghadapi suatu masalah,” kata Doktor Pariwisata Jebolan UKSW Salatiga ini.

Sekretaris Utama Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Rini Agustiani mengatakan, Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) memiliki tangggung jawab untuk membangun Sistem Informasi Kearsipan Nasional (SIKN) dan membentuk Jaringan Informasi Kearsipan Nasional (JIKN).

Menurut Alumni Fakultas Hukum UGM ini, penyelenggaraan SIKN dan JIKN dalam Simpul Jaringan Nasional untuk Informasi Kearsipan Wilayah Perbatasan Negara dengan pendekatan Model Partisipatif untuk mengakomodasi pengetahuan dan kearifan budaya lokal masyarakat sebagai proses Pembangunan Integritas Kebangsaan Komunitas Masyarakat Wilayah Perbatasan Negara, perlu dilaksanakan Pendampingan Simpul Jaringan Komunitas Wilayah Perbatasan Negara.

“Dalam rangka menjalankan fungsi tersebut, ANRI sebagai Pusat Jaringan dan Lembaga Kearsipan Provinsi, Lembaga Kearsipan Kabupaten/Kota dan Lembaga Kearsipan Perguruan Tinggi Negeri sebagai Simpul Jaringan, bertanggung jawab dalam pelaksanaan koordinasi pengelolaan SIKN dan JIKN,” katanya.

Rini Agustiani mengatakan, Kabupaten Belu yang berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagai wilayah yang memiliki perbatasan dengan negara lain memiliki informasi kearsipan strategis. Hal itu dapat dikelola melalui penyelenggaraan SIKN dan JIKN di Lembaga Kearsipan Daerah, sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Rini, yang pernah menjabat sebagai Kepala Pusat Kajian dan Pengembangan Sistem Kearsipan ANRI mengatakan, untuk mendorong Pengelolaan Simpul Jaringan JIKN Wilayah Perbatasan Negara, baik dalam rangka identifikasi dan perlindungan arsip, maupun penyediaan akses terhadap informasi kearsipan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, maka diperlukan upaya Pemberdayaan Pemerintah Daerah melalui Lembaga Kearsipan Daerah untuk menjadi Simpul Jaringan.

“Keterlibatan pemerintah daerah yang berbatasan dengan negara lain dalam Penyelenggaraan SIKN dan JIKN,  juga mempertegas peran Arsip Negara sebagai simpul pemersatu bangsa. ANRI melaksanakan kegiatan ini, berpijak pada sisi penyelamatan dan input data serta informasi arsip yang dimiliki oleh Dinas Kearsipan, khususnya arsip-arsip perbatasan sehingga bisa diakses publik, dengan menerapkan digitalisasi arsip”, ujar Rini yang menjabat sebagai Sestama ANRI sejak tahun 2021 lalu.

Mendengar penjelasan Sestama ANRI, Gubernur Laiskodat menambahkan, pihaknya sedang mendesain kawasan perbatasan menjadi Free Trade Resort di Beranda Terdepan NKRI. “Kita sementara mempersiapkan Jalur Perdagangan antar negara dari Timor Leste (melalui Enclave Oekusi) ke Indonesia di Labuan Bajo, juga ke Kabupaten TTU dan Kabupaten Kupang. Kita akan rancang menjadi Free Trade Resort disitu. Kita juga sementara menata Kawasan Perbatasan RI – RDTL yang ada di Pulau Timor ini, agar bisa memiliki daya tarik wisata yang luar biasa,” sebut Gubernur Laiskodat.

Dikatakan Gubernur Laiskodat mengaku sangat berterima kasih kepada Pemerintah Pusat melalui perhatian besar dari Presiden Jokowi, sehingga  kawasan perbatasan di Motaain, Motamasin dan Wini telah selesai. Kawasan itu menjadi destinasi yang sangat menarik kunjungan wisatawan. “PLBN di NTT mempercantik tampilan wajah Indonesia, di kawasan Perbatasan RI (NTT)  – RDTL. Dan sekarang sementara diselesaikan PLBN Napan di Kabupaten TTU,” ujar Gubernur Laiskodat penuh antusias.

Selanjutnya, Rini Agustiani yang adalah Alumni Magister Program Magister Manajemen STIA LAN RI ini juga mengatakan bahwa ANRI akan bekerja sama dengan instansi terkait, dalam rangka membangun galeri arsip perbatasan di seluruh Indonesia, dan bisa dijadikan destinasi wisata oleh Pemda setempat.

“Salam waktu dekat kepala ANRI akan melakukan  kenjungan kerja ke NTT, dan jika berkempatan akan mengunjungi juga Pulau Terselatan NKRI, Rote Ndao,” ujar Rini Agustiani.

Gubernur Laiskodat menyambut gembira rencana kunjungan kerja Kepala ANRI. “Saya juga dengan senang hati jika Kepala ANRI bisa berkunjung ke NTT, ke Rote, jika tidak sibuk saya pasti akan mendampingi langsung beliau dalam kunjungan tersebut,” pungkas Gubernur Laiskodat.

Turut hadir saat itu, Dr. Andi Abubakar, S. IP, M. Si selaku Direktur SDM Kearsipan dan Sertifikasi, Kepala Sub Bagian Tata Usaha Deputi Bidang Infromasi dan Pengembangan Sistem Kearsipa: Anna Imelda Noviandri. Turut mendampingi Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi NTT, Stefanus Ratoe Oedjoe dan Kabid Pengelolaan Arsip Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi NTT, Stefania Fah. */)BiroApim/France A. Tiran

Editor: Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap