MBAY,SELATANINDONESIA.COM – Salah satu program unggulan Pemerintah Provinsi NTT saat ini adalah Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) Pola Kemitraan. Seluruh Kabupaten di Provinsi NTT telah didaratkan program TJPS Pola kemitraan.
Di Kabupaten Nagekeo, selain menyebar di beberapa wilayah Kabupaten Nagekeo, pada Selasa (12/4/2022) Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat melakukan penanaman jagung untuk program TJPS di Desa Kelimado, Kecamatan Boawae, Kabupaten Negekeo.
Gubernur Laiskodat bersama Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco Do melakukan penanaman jagung menggunakan alat tanam di lahan masyarakat. Terpantau SelatanIndonesia.com, Gubernur Laiskodat dan Bupati Don Bosco nampak semangat sampai berlari ketika melakukan penanaman dengan menggunakan alat tanam.
Gubernur Laiskodat telah menyampaikan kepada Menteri Pertanian RI Syahrul yasin Limpo untuk memberikan 1000 unit alat tanam jagung modern itu didistribusikan kepada seluruh masyarakat NTT yang menjalankan program TJPS.
“Hari ini dimulai perubahan besar model pertanian di Nagekeo. Jika cara tanamanya seperti dilakukan Bapak Gubernur degan semangat sampai berlari maka, 1 alat tanam untuk 1 Ha, paling lama 2 jam seleai ditanam. Jika kita menanam dengan cara manual, maka saat tanam saja kita sudah bangkrut. Bapak Gubernur sedang menyiapkan 1000 unit alat tanam modern, dan akan dibagaikan kepada wirausahawan mandiri, tergantung luasan lahan garapan,” sebut Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi NTT, Lecky F. Koli saat berbicara mewakili Gubernur Laisodat.
Lecky Koli mengatakan, program TJPS Pola Kemitraan tidak ada 1 Ha pun yang gagal karena semua didampingi dan dijaga oleh semua pendamping dan penyuluh serta semua sarana produksi yang disiakan adalah sarana produksi kelas premium. “Benih Betras 7 kalau di Manggarai Timur per hektarnya hari ini panen mencapai 8,4 Ton, lalau pupuk non subsidi serta petsisida untuk ulat dan herbisisda untuk rumput. Kita juga siapkan biaya tenaga kerja untuk semua wirausaha mandiri yang tidak memiliki akeses ke pangan, kita siapakan penopangnya yaitu satu bulan setara dengan 100 Kg beras sehingga wirausaha mandiri (petani) yang bersangkutan untuk keluar dari desanya untuk mencari bahan makanan tetapi pemerintah menyiapkan,” jelas Lecky Koli.
Setelah panen, jagung yang dihasilkan oleh petani akan dibeli seluruhnya oleh oftaker yang datang langsung di kebun-kebun masyarakat. “Mereka akan membeli seluruh hasil panen dengan harga minimal per Kg Rp 3.200 yang merupakan harga standart Nasional. Juga mereka pula yang menyiapkan benih yang kapasitas hasilnya tidak kurang dari 7 Ton per Ha,” sebut Lecky Koli yang saat itu memanggil Hendrik salah satu oftaker yang mengkoordinir seluruh wilayah Flores.
Ia menambahkan, program TJPS Pola Kemitraan ini akan dibiayai oleh Bank NTT. “Kami mengajak seluruh wirausahawan mandiri di Nagekeo agar diawal ini dimulai dengan 150 ha menjadi titik awal untuk menyebar ke desa-desa dan Kecamatan lainnya di Nagekeo dengan target mencapai 30.000 Ha,” sebutnya.
Kehadiran Gubernur NTT di Nagekeo, merupakan rangkaian agenda kunjungan kerja (Kunker) Gubernur Laiskodat di Lembata dan daratan Flores selama 17 hari sejak Kamis (7/4/2022). Gubernur didampingi Dirut Bank NTT Harry Aleksander Riwu Kaho dan dua Direktur diantaranya Paulus Stefen Messakh, dan Hilarius Minggu, Staf Khusus Prof. Daniel Kameo, Dr. Imanuel Blegur, H. Anwar Pua Geno, Esau Eno Sam Koene dan Bartol Badar.
Selain itu didampingi juga para pimpinan OPD diantaranya, Kadis PUPR Maksimus Nenabu, Kadis Pertanian Tanaman Pangan Lecky F. Koli, Plt. Kadis Perikanan dan Kelautan Gorge Hadjo, Kadis Kopnakertrans Silvy Pekudajawa, Kadis Pariwista Dr. Sonny Libing, Kaban Pendapatan dan Aset Daerah Aleks Lumba, Kadis Perhubungan Iszhak Nuka, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Perizinana Terpadu satu Pintu, Marianus Djawa, kadis PMD Viktor Manek, Karo Adminstrasi Pimpinan Setda NTT Prisilia Parera dan sejumlah pejabat lain.*** Laurens Leba Tukan