Pendekatan Budaya oleh Wabup Agus Boli, Warga Sagu Mau Rapid Test

629
Salah satu earga dusun Binongko, desa Sagu, Kecamatan Adonara, Kabuoaten Flores Timur sedang menjalnkan rapid test di Puskesmas Sagu, Kamis (11/6/2020). Foto: Dokumen Wabup APB for SI

ADONARA,SELATANINDONESIA.COM – Warga dusun Binongko, desa Sagu, Kecamatan Adonara, Kabupaten Flores Timur yang terdata sebagai orang yang pernah kontak erat dengan pasien 02 Covid-19 Kabupaten Flores Timur, akhirnya bersedia untuk menjalankan rapid test.

Padahal, upaya untuk membujuk 22 orang yang oleh Tim Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Flores Timur sebagai orang yang kontak erat dengan pasien 02 Covid-19 dua kali gagal dilakukan oleh Tim Gugus Tugas Kabupaten Flores Timur dan Kecamatan Adonara, dengan berbagai alasan.

Wakil Bupati Flores Timur, Agus Payong Boli turun langsung ke Desa Sagu mengambil alih pola pendekatan budaya Lamaholot melalui pihak pemimpin lewo yaitu pewaris Kerajaan Adonara, Ridwan Bapa Kamba dan tokoh-tokoh Agama serta tokoh-tokoh berpengaruh setempat.

“Dengan pendekatan itu, kita berhasil meyakinkan warga Sagu untuk ikut Rapid Test, dan isteri pasien 02 dan warga lain sebanyak belasan orang sudah lakukan rapid test kemarin Kamis, 11 Juni 2020 di Puskesmas Sagu, sedangkan lainnya masih melaut dan akan dirapid pada hari ini,” sebut Wabup Agus Boli yang menghubungi SelatanIndonesia.com, Jumat (12/6/2020).

Dikatakannya, selama dua minggu berbagai pendekatan sudah dilakukan namun warga Sagu yang diduga kontak erat dengan pasien 02 Covid-19 tidak mau menjalankan rapid test dengan berbagai alasan diantaranya rasa takut, diprovokasi oleh oknum-oknum untuk melawan tim gugus, bahkan sampai pada kebijakan kepala desa Sagu yang diskriminatif dan berkeyakinan bahwa Covid-19 adalah rekayasa dan konspirasi dunia.

“Hampir dua minggu lamanya warga tidak bisa ditangani oleh tim bahkan timbul perlawanan secara langsung maupun melalui media-media sosial terhadap Tim Gugus Tugas Covid-19,” ujar Wabup Agus Boli.

Disebutkan Wabup, akibat lain dari penolakan warga desa Sagu untuk melakukan rapid test ini memicu masyarakat desa lain yang melarang warga Sagu untuk berkunjung ke desa mereka, bahkan camat Kelubagolit, Lambert Ulin Tokan mengeluarkan surat larangan resmi kepada warga Sagu untuk tidak boleh melintas wilayah mereka karena cemas dan takut terhadap warga Sagu yang menolak rapid test.

Tokoh masyarakat Sagu, Aziz Bapa Begu menyampaikan terimakasihnya kepada Wakil Bupati Agus Boli yang turun langsung ke tengah masyarakat untuk memberi kekuatan spirit dan kepercayaan diri untuk dirapid test tanpa takut. “Gaya komunikasi budaya adat yang luar biasa meluluhkan hati masyarakat walau kadang Wabup Agus Boli tegas dan keras tetapi warga puas dan senang dengan kehadiran pemimpinnya ini. Kami bangga pada Wakil Bupati yang juga Putra Adonara kami ini,” ujar Aziz yang dihubungi terpisah.

Wabup Agus Boli mengatakan, setelah melihat kisruh dan penolakan dua kali oleh warga menunjukan ada yang masih keliru dengan gaya pendekatan dan mungkin juga ada provokator di balik semua ini.

“Karena itu saya memutuskan melakukan pendekatan budaya adat Lamaholot lewat pemimpin lewo. Di desa-desa kan ada dua pemimpin yakni pemimpin lewo (Belen Lewo) dan pemimpin desa (kepala desa). Itu hari lewat pemimpin desa masih berupaya dan  saya lewat pemimpin lewo dan Agama hari ini semuanya beres, tinggal saja pemimpin desa dan pemimpin lewo bersatu untuk membangun desa secara baik,” sebut Agus.

Dikatakannya, ia menggunakan metode pendekatan trasformasi klasik secara budaya dan di terima. “Saya senang karena mereka mau ditangani sesuai protap Covid-19 sehingga warga masyarakat desa lain tidak cemas dan tidak takut lagi. Jika hasil rapid test reaktif akan ditangani secara medis dan jika tidak cukup karantina mandiri 14 hari dan dipantau khusus,” ujarnya. ***Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap